Tautan-tautan Akses

Indonesia Siap Bergabung dengan Kemitraan Trans-Pasifik


Menteri Perdagangan Thomas Lembong dalam KTT Investasi Amerika-Indonesia di Willard Hotel, Washington DC hari Senin, 26 Oktober 2015 (foto: BKPM).
Menteri Perdagangan Thomas Lembong dalam KTT Investasi Amerika-Indonesia di Willard Hotel, Washington DC hari Senin, 26 Oktober 2015 (foto: BKPM).

Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan siap bergabung dengan “Trans-Pacific Partnership” atau “Kemitraan Trans-Pasifik” – forum perjanjian perdagangan bebas berskala luas – yang digagas AS, Jepang, dan ke-10 negara Asia Pasifik.

Dalam konferensi pers bersama seusai pertemuan dengan Presiden Barack Obama Senin siang (26/10), Presiden Jokowi menyatakan sebagai negara dengan tingkat ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia siap bergabung dengan “Kemitraan Trans Pasifik” atau TPP yang digagas Amerika, Jepang dan ke-10 negara Asia Pasifik baru-baru ini.

Jokowi mengatakan, “Ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka, dengan jumlah penduduk 250 juta maka ekonomi Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Dan Indonesia bermaksud bergabung dengan TPP.”

Pernyataan Presiden Joko Widodo ini menepis penilaian sebelumnya bahwa Indonesia belum siap bergabung dengan kemitraan tersebut. Beberapa media di Indonesia melaporkan alasan ketidaksiapan itu dikarenakan luasnya aspek liberalisasi dalam TPP yang dinilai akan mengancam kebijakan ekonomi Indonesia.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong yang ditemui secara terpisah di sela-sela KTT Investasi Indonesia-Amerika di Washington DC menyatakan, Presiden Joko Widodo semula memintanya untuk memberi lebih banyak perhatian pada pasar non-tradisional yang masih baru dan menyelesaikan Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) yang lingkupnya hampir seluas TPP.

“Indonesia punya kemitraan dengan banyak negara dan ingin menjalin kerjasama dengan semua – dari Eropa, Cina dan Amerika. Presiden minta saya untuk memberi lebih banyak perhatian pada pasar non-tradisional yang masih baru seperti Timur Tengah, Afrika, India – Pakistan dan Arab Saudi. Perdagangan kita dengan Arab Saudi itu mengalami pertumbuhan 20-25 persen per tahun. Ini peluang-peluang yang baik. Saya kira cukup imbang ya!," papar Lembong.

VOA: Tetapi tidak dengan TPP?

"Aduuuh pertanyaannya… Kita tunggu keputusan Presiden."

VOA: Tapi Presiden sudah kasih target dua tahun untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa, selangkah lagi menuju TPP?

"Jika kita sudah punya trading-agreement dengan Eropa maka kita sudah memenuhi 60-80 persen untuk masuk TPP. Jadi satu per satu deh! Uni Eropa dulu. Ini juga tidak mudah tetapi kita tidak punya pilihan. Karena negara-negara tetangga kita, yang merupakan saingan langsung kita, sudah rampung. Mereka punya akses yang bebas ke pasar dengan nol tarif pula. Ini bahaya sekali buat kita. Pabrik-pabrik kita bisa hengkang ke negara tetangga jika tidak memiliki nilai lebih,” tambah Lembong.

Amerika, Jepang dan ke-10 negara kawasan Asia Pasifik berhasil mencapai perjanjian perdagangan bebas berskala luas yang akan mengurangi hambatan-hambatan perdagangan dan sekaligus menetapkan aturan-aturan perdagangan bagi 40% ekonomi dunia.

Perjanjian “Kemitraan Trans Pasifik” yang disepakati di Atlanta – Georgia pada 5 Oktober lalu merupakan hasil akhir perundingan yang berlangsung sengit, terutama terkait hambatan-hambatan perdagangan berbagai produk, termasuk pertanian dan produk susu, mobil dan perangkat teknologi terbaru, obat-obatan canggih dan sejumlah produk lain, serta peraturan lingkungan hidup dan peraturan kerja.

Sejumlah analis ekonomi melihat kesepakatan ini sebagai perjanjian untuk mengatasi pengaruh dan perkembangan China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Meskipun ekonomi China melambat, tetapi perdagangannya masih tetap yang terbesar di seluruh dunia.

Meskipun sudah disepakati, perjanjian “Kemitraan Trans Pasifik” ini baru diberlakukan setelah diratifikasi oleh parlemen ke-12 negara dalam blok itu.

“Kemitraan Trans Pasifik” melibatkan Amerika, Jepang, Australia, Kanada, Chile, Meksiko, Peru, Selandia Baru, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Vietnam. [em/th]

XS
SM
MD
LG