Tautan-tautan Akses

Indonesia Masuk Kategori Negara Boros Energi


Konsumsi energi di Indonesia, termasuk listrik, dinilai lebih boros dari konsumsi energi di Tiongkok (foto: ilustrasi).
Konsumsi energi di Indonesia, termasuk listrik, dinilai lebih boros dari konsumsi energi di Tiongkok (foto: ilustrasi).

Karena penggunaan yang dinilai cenderung tidak efisien, Indonesia masuk dalam kategori negara yang boros energi.

Indonesia saat ini masuk dalam kategori negara yang cukup boros dalam penggunaan energi. Tercatat penggunaan energi di Indonesia saat ini mencapai 1.131 juta sbm atau setara barel minyak.

Jika kondisi ini tidak dikendalikan dengan kegiatan efisiensi penggunaan energi, penggunaan energi di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 4.300 sbm. Selain itu juga terdapat estimasi jika pada tahun 2030 penggunaan energi di Indonesia akan meningkat 10 kali lipat.

Hal tersebut disampaikan Wakil Koordinator Program Energi Efficiency in Industrial, Commercial & Public Sector (EINCOPS) atau program Efisiensi Energi pada industri, sektor komersial dan publik Melany Tedja pada keteranganya di sela-sela pekan efisiensi energi di Denpasar Bali pada Selasa siang. Menurut Melany, jika dilihat dari konsumsi energi, konsumsi energi di Indonesia lebih boros dari konsumsi energi di Tiongkok.

Beberapa penyebab tingginya konsumsi energi di Indonesia yaitu penggunaan alat-alat elektronik yang berusia cukup tua dan faktor perilaku dalam penggunaan energi.

“Jadi secara perilaku, sering sekali kita tidak mematikan, itu habis selesai memakai alat colokannya tidak dicabut. Padahal walaupun alat semua mati, colokan tidak dicabut itu tetap menggunakan energi, sama seperti di kantor, telepon sudah tidak ngangkat lagi di atas jam lima tapi tidak dimatikan”, demikian pemaparan Melany Tedja.

Melany menambahkan Indonesia tidak saja harus melakukan efisiensi penggunaan energi tetapi harus mulai beralih menggunakan energi terbarukan. Sebab penggunaan energi terbarukan di Indonesia saat ini kurang dari 5 persen.

Ketua Asosiasi Hotel Bali Djinaldi Gosana menyatakan efisiensi energi sangat dibutuhkan terutama oleh sektor pariwisata seperti di Bali. Apalagi Bali yang memiliki lebih dari 50.000 kamar hotel tentunya membutuhkan efisiensi energi terutama listrik, sebab ada kemungkinan jumlah kamar hotel akan terus bertambah.

Kondisi ini menimbulkan ide standarisasi hotel bintang untuk memasukkan poin penilaian efisiensi penggunaan energi.

“Kita persyaratkan mereka melakukan itu. Jadi kalau tidak ada tindakan melakukan efisiensi energi, tidak dibilang hotel berbintang. Bilamana dia tidak menerapkan efisiensi energi dia rugi sendiri. Rugi dari hal penghematan, pengeluaran biaya dan rugi karena tamu tidak simpati”, ujar Djinaldi Gosana.

Sebelumnya melalui visi 25/25, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral berambisi menekan laju konsumsi energi pada 2025 sebesar 33,85 persen.

XS
SM
MD
LG