Tautan-tautan Akses

Indonesia Catat Inflasi Tinggi Awal 2013


Banjir yang melanda Jakarta pada Januari 2013 dikatakan memicu inflasi karena telah menghambat distribusi pangan. (Foto: Reuters)
Banjir yang melanda Jakarta pada Januari 2013 dikatakan memicu inflasi karena telah menghambat distribusi pangan. (Foto: Reuters)

Indonesia mencatat inflasi tinggi pada Januari 2013, yang dipersalahkan pada cuaca buruk yang menghambat distribusi kebutuhan pangan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan bahwa Indonesia mencatat inflasi 1,03 persen pada Januari 2013, naik dari 0,76 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Suryamin mengatakan kenaikan inflasi ini terutama dipicu oleh komponen makanan dan bahan makanan, yang distribusinya terhambat karena cuaca buruk termasuk banjir.

“Yang bergejolak ini terutama komoditas-komoditas yang dipengaruhi oleh musim, seperti sayuran, daging ayam, cabai, bawang… Pada Januari ini memang musim di beberapa daerah kurang bersahabat,” ujarnya di Jakarta, Jumat (1/2).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin. (VOA/Iris Gera)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin. (VOA/Iris Gera)
Suryamin mengatakan pemerintah harus meningkatkan pengawasan dan pengendalian harga dan distribusi berbagai kebutuhan pangan agar inflasi pada bulan-bulan mendatang tidak meningkat.

“Pemerintah bisa mengontrol komoditas-komoditas yang cukup besar pengaruhnya terhadap inflasi, khususnya beras, daging ayam, minyak goreng dan sebagainya. Tapi kalau musim kita tidak bisa memprediksi,” ujarnya.

Menurut pengamat dari lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Hendri Saparini, inflasi tinggi akan tetap terjadi jika pemerintah tidak mampu mengendalikan mekanisme pasar. Ia menilai masalah cuaca hanya sebagai salah satu faktor penyebab tingginya inflasi pada Januari 2013.
“Menurut saya ini tidak akan mudah untuk 2013. Kalau BPS mengatakan hanya karena masalah faktor musim, saya rasa musim itu adalah salah satunya. Tetapi ada masalah-masalah lain,” ujarnya.

“Kebijakan pemerintah di sektor pangan yang melepas harga pasar.. berbeda dengan banyak negara. Untuk bahan makanan strategis, peran dari pemerintah itu cukup besar. Bagaimana Vietnam mengatur bahan makanan strategis, bagaimana Malaysia memiliki kontrol baik dari sisi produksi maupun dari sisi konsumsi. Petani itu dilindungi tetapi konsumen juga dilindungi,. Nah, ini yang di Indonesia tidak ada.”

Hendri menambahkan bahwa selama pemerintah melepas harga kepada pasar dan tidak berusaha untuk mengendalikan, bukan saja inflasi tinggi yang akan mengancam namun juga daya beli akan turun. Jika hal itu terjadi, menurutnya, ekonomi akan bergerak lambat.

“Kalau tidak ada koreksi, jangan hanya bermimpi untuk menjaga inflasi, tetapi juga jangan bermimpi untuk menjaga daya beli. Kalau inflasi tinggi tentu saja akan mengancam daya beli. Kalau inflasi yang terjadi seperti di Indonesia inflasi terbesarnya adalah makanan, bahan makanan maka pasti kelompok masyarakat yang pengeluarannya terbesarnya untuk bahan makanan dan makanan yang paling terkena dampak daya belinya,” ujarnya.

BPS mencatat empat daerah penyumbang inflasi tertinggi pada Januari 2013 adalah Sibolga, Pontianak, Sorong dan Ternate.

Pemerintah tahun ini menargetkan inflasi antara 4,5 persen hingga 5,5 persen. Pada 2012, realisasi inflasi adalah 4,3 persen, lebih rendah dari target awal 5,3 persen.

Recommended

XS
SM
MD
LG