Tautan-tautan Akses

Hubungan AS-Kuba Berpotensi Berubah Setelah Kematian Castro


Seorang peziarah mengusap air matanya saat memberikan penghormatan teakhir di hadapan jenazah almarhum Fidel Castro di Revolution Plaza, Havana, Cuba, 28 November 2016 (AP Photo/Ramon Espinosa).
Seorang peziarah mengusap air matanya saat memberikan penghormatan teakhir di hadapan jenazah almarhum Fidel Castro di Revolution Plaza, Havana, Cuba, 28 November 2016 (AP Photo/Ramon Espinosa).

Chris Smith, yang selama ini menganggap kondisi HAM di Kuba sebagai keprihatinan utama, mengatakan perubahan terbesar kemungkinan tidak terjadi karena kematian Castro, tetapi datang dari presiden baru Amerika.

Dua tahun setelah Presiden Barack Obama membuka hubungan Amerika dengan Kuba, perubahan lain dalam hubungan itu, yakni kematian Fidel Castro, terjadi hanya beberapa minggu sebelum Donald Trump mulai menjabat presiden AS dan Kongres baru yang dikuasai Partai Republik mulai berkuasa.

Koresponden VOA Katherine Gypson melaporkan dari gedung Kongres Capitol Hill mengenai kemungkinan terjadinya perubahan kebijakan itu.

Di Miami, di mana bermukim sejumlah besar imigran keturunan Kuba, warga merasakan keharuan setelah pengumuman pembukaan hubungan Amerika Serikat dan Kuba, setelah hubungan panjang yang sangat sulit antara kedua negara. Tapi selagi keharuan itu mereda, para anggota Kongres di Capitol Hill mulai bertanya-tanya apakah kematian Fidel Castro akan benar-benar membawa perubahan.

“Rakyat Kuba perlu tahu bahwa pemilihan hubungan yang tidak dipikirkan masak-masak dan naif sekali telah gagal dan Amerika Serikat akan bahu membahu dalam solidaritas dengan mereka yang mendukung hak asasi manusia,” kata Chris Smith, anggota fraksi Republik dari New Jersey di Kongres.

Chris Smith, yang selama ini menganggap kondisi HAM di Kuba sebagai keprihatinan utama, mengatakan perubahan terbesar kemungkinan tidak terjadi karena kematian Castro, tetapi datang dari presiden baru Amerika.

“Saya kira Donald Trump bisa menjadi titik balik bagi hubungan AS-Kuba.Selama ini kita memiliki kebijakan hak asasi manusia yang lemah dan tidak matang terhadap Kuba,” kata Chris Smith.

Dan Kongres yang dikontrol oleh Partai Republik tidak harus berbuat banyak untuk mendukung janji-janji presiden baru Amerika selama kampanye.

“Jika pemerintahan Trump ingin membatalkan apa yang telah dilakukan oleh Obama, maka sebagai presiden dia bisa menggunakan kewenangan eksekutif yang dimilikinya untuk melakukan hal itu karena dengan cara itulah pertama-tama yang dilakukan oleh Obama untuk membuat perubahan,” kata William Leogrande, pakar Amerika Latin di American University, Washington, D.C.

Tetapi tidak semua anggota Kongres dari Partai Republik percaya akan terjadi perubahan dramatis, seperti dinyatakan oleh Rick Crawford, anggota Dewan Perwakilan dari Arkansas.

"Saya pikir tidak akan ada reaksi spontan untuk secara besar-besaran mencabut semua yang dilakukan oleh Presiden Obama selama ini,” kata Rick Crawford, anggota Dewan Perwakilan dari Arkansas.

Seperti banyak koleganya, Crawford, anggota Kongres Partai Republik, memandang perdagangan sebagai pilihan yang lebih baik untuk membantu rakyat Kuba.

"Saya kira sudah waktunya untuk melepas kacamata Perang Dingin dan berpikir tentang bagaimana kita secara proaktif dan produktif dapat terlibat di Kuba dengan cara yang meningkatkan dan memfasilitasi apa yang menurut pandangan saya kini mereka berada di titik puncak perubahan politik, sosial dan budaya yang cukup besar,” imbuhnya.

Ke manapun arah kebijakan AS-Kuba, hal yang pasti adalah kematian Castro merupakan awal sebuah era baru, seperti diungkapkan oleh pakar Amerika Latin, William Leogrande.

“Saya kira kematian Fidel Castro, meskipun tidak berdampak langsung pada kebijakan Amerika, akan mengubah keadaan, mengubah iklim dalam hubungan bilateral antara Kuba dan Amerika Serikat,” jelas Profesor William Leogrande, dari American University di Washington, D.C. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG