Tautan-tautan Akses

Harga Saham Global Anjlok setelah Indeks China Turun Terendah dalam 8 Tahun


Seorang investor mengamati indeks saham pada sebuah monitor di Beijing, China, Juli 2015 (foto: dok). Indeks saham utama China mengalami penurunan terbesar dalam delapan tahun hari Senin (27/7).
Seorang investor mengamati indeks saham pada sebuah monitor di Beijing, China, Juli 2015 (foto: dok). Indeks saham utama China mengalami penurunan terbesar dalam delapan tahun hari Senin (27/7).

Indeks saham utama di seluruh dunia anjlok setelah upaya Beijing untuk mendongkrak turunnya harga-harga saham pada indeks utama China gagal hari Senin (27/7).

Indeks saham dunia anjlok hari Senin (27/7) setelah indeks saham utama China mengalami penurunan terbesar dalam delapan tahun.

Tak lama setelah pembukaan, indeks Dow Jones mencapai level terendah dalam lebih dari lima bulan, sementara indeks Nasdaq juga mencapai titik terendah dalam empat minggu terakhir.

Upaya dramatis pemerintah China untuk menyelamatkan pasar saham yang jatuh mengalami kegagalan Senin, karena indeks utama China mengalami penurunan terbesar dalam satu hari selama delapan tahun terakhir.

Indeks komposit Shanghai anjlok sebesar 8,5 persen, sedangkan indeks CSI300 yang terdiri dari beberapa perusahaan terbesar yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen mengalami penurunan sebesar 8,6 persen.

Beberapa analis menilai penurunan drastis ini disebabkan oleh "aksi jual" (profit taking) para investor menyusul dukungan modal besar-besaran pemerintah China, yang berhasil mendongkrak harga-harga saham selama tiga minggu terakhir.

Analis lainnya mengatakan pasar bereaksi negatif terhadap berita bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak pemerintah Beijing untuk melonggarkan intervensi mereka. Selain itu, data yang lebih buruk dari perkiraan laba perusahaan industri China, dan kenaikan harga daging babi ikut mendorong sentimen negatif pasar.

Masalah "Marjin pinjaman"

Naiknya pasar saham China tahun lalu, memicu para investor untuk meminjam uang guna memborong saham-saham China, yang dalam istilah keuangan biasa dikenal sebagai "marjin pinjaman". Namun, jatuhnya pasar secara mendadak mengakibatkan banyak investor akan kesulitan untuk membayar kembali pinjaman tersebut.

Ke depan, ekonom senior Raymond Yeung berharap regulator saham China harus membatasi praktik "marjin pinjaman" tersebut, yang menurutnya akan memberikan kontribusi bagi kesehatan pasar saham.

Pemerintah China telah mengambil berbagai langkah untuk mencegah jatuhnya pasar, antara lain dengan membekukan sementara transaksi beberapa saham utama, menggunakan bank sentral untuk mendukung pembelian saham, serta mengharuskan siapapun yang memiliki 5% saham di sebuah perusahaan untuk terus mepertahankan kepemilikan sahamnya selama enam bulan ke depan.

Lu Suiqi, profesor ekonomi di Universitas Peking mengatakan, regulator sahama tidak akan mampu menjaga pasar dari kejatuhan, dan sebaiknya mereka tidak memaksakan diri untuk melakukannya.

"Valuasi (saham) atas pasar Cina menunjukkan bahwa saham-saham China masih dijual terlalu mahal (overpriced), sehingga akan ada koreksi atas harga saham tersebut. Langkah-langkah penyelamatan pemerintah mungkin bisa menghambat penurunan dalam jangka pendek, tetapi tidak akan mampu melawan tren jangka panjang," kata Lu.

Lu memperingatkan bahwa jika pemerintah Beijing terus memperbesar langkah stabilisasi pasar, gelembung spekulasi pasar justru akan sulit untuk dikoreksi di masa mendatang.

Recommended

XS
SM
MD
LG