Tautan-tautan Akses

Harga Cabai Merah Picu Inflasi, Petani Tak Ikut Untung


Meskipun Bank Indonesia yakin tingkat inflasi masih dalam kisaran prediksi BI, tetapi ekonom mengingatkan pemerintah perlu turun tangan jika inflasi memicu lonjakan harga berbagai kebutuhan.

Inflasi Juni lalu sebesar 0,97 persen merupakan yang tertinggi sepanjang 2010. Kenaikan tersebut menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dipicu terutama oleh tingginya harga cabai merah. Dikhawatirkan, jika harga berbagai komoditas kebutuhan masyarakat tidak terkendali, maka inflasi akan terus naik.

Menurut Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, di Jakarta pada hari Senin, tinggi rendahnya angka inflasi merupakan hal biasa karena setiap saat-pun bisa berubah. Ia optimis harga-harga berbagai kebutuhan pokok yang mempengaruhi inflasi akan kembali stabil. Menurutnya hingga akhir tahun, inflasi akan tetap berada dalam kisaran prediksi Bank Indonesia yaitu sekitar lima persen.

“Apakah kenaikan inflasi begitu mengkhawatirkan, ya, tidak, (karena) akan terkoreksi lagi ke bawah. Jadi kita melihat untuk tahun ini, tetap masih dalam kisaran,” ungkap Darmin.

Namun pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri mengingatkan bahwa kenaikan inflasi akan sangat berpengaruh pada harga berbagai kebutuhan sehingga sulit terjangkau, khususnya bagi masyarakat kurang mampu. Pemerintah menurutnya tidak bisa lepas tangan atas lonjakan harga berbagai kebutuhan karena yang menilai hal itu adalah mekanisme pasar. “Pemerintah tidak boleh menyerahkan sepenuhnya urusan kepada pasar, harus ada pemihakan” kata Faisal.

Selain tingginya harga cabai merah sebagai pemicu naiknya inflasi sepanjang Juni lalu, BPS juga mencatat komoditas lain yaitu bawang merah dan beras.

Harga Hasil Tani Naik, Petani Belum Tentu Diuntungkan

Terbatasnya lahan yang mereka miliki, membuat petani tak dapat memetik keuntungan dari kenaikan harga hasil panen mereka.
Terbatasnya lahan yang mereka miliki, membuat petani tak dapat memetik keuntungan dari kenaikan harga hasil panen mereka.

Mohammad Ichwan dari Serikat Petani Indonesia (SPI), tidak sependapat jika tinggi rendahnya inflasi dianggap mempengaruhi pendapatan petani. Menurutnya, keuntungan petani masih sangat rendah meskipun terjadi lonjakan harga sebuah komoditas di pasar, karena petani tidak memiliki lahan yang cukup.

“Kalau dia sudah punya satu hektar-dua hektar saja, dia sudah bisa mengkuliahkan anaknya. Tapi, masalahnya cuma 1.000-2.000 meter tanahnya. Nah, itu cukup untuk tanam satu musim, musim depan berutang,” kata Mohammad Ichwan.

Menurut Berkah Gamulya, seorang aktivis lingkungan, petani tidak merasakan secara langsung keuntungan dari tingginya harga sebuah komoditas hasil pertanian. Selain itu petani juga tidak pernah memahami hasil panen mereka dikaitkan dengan tinggi rendahnya angka inflasi. Menurutnya pekerjaan sebagai petani hampir tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Menurut kami itu kemiskinan luar biasa” ujar Berkah.

Jadi, meskipun harga produk pertanian naik, petani tidak ikut memetik untungnya. Salah satunya, karena kebanyakan petani semata memiliki lahan pertanian yang terbatas.

XS
SM
MD
LG