Tautan-tautan Akses

Gedung Putih: Partai Republik Politisir Sidang Dengar Keterangan soal Benghazi


Juru bicara Gedung Putih Jay Carney membela mantan Menlu Hillary Clinton dalam menangani insiden Benghazi, hari Rabu (8/5).
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney membela mantan Menlu Hillary Clinton dalam menangani insiden Benghazi, hari Rabu (8/5).

Pemerintahan Obama mengatakan sebagian anggota Partai Republik di Kongres berupaya mempolitisir sidang dengar keterangan tentang serangan mematikan di Benghazi, Libya.

Pembunuhan empat orang di konsulat Amerika di Benghazi tanggal 11 September lalu telah menyebabkan serangkaian sidang dengar keterangan di Gedung Capitol, dengan sidang terbaru hari Rabu.

Tiga mantan diplomat bersaksi tentang peristiwa yang menyebabkan kematian Duta Besar Amerika untuk Libya Christopher Stevens dan tiga orang lainnya.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney hari Rabu membela mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dalam menangani insiden itu. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa tanya jawab yang dilakukan para anggota Kongres dari Partai Republik tentang langkah pemerintah menangani insiden Benghazi, bermotif politik.

"Subyek ini sejak awal telah dipolitisir oleh Partai Republik, padahal kenyataannya, apa yang terjadi di Benghazi adalah sebuah tragedi," ujar Carney.

Sebuah panel independen menyimpulkan bahwa kegagalan kepemimpinan dan manajemen di Departemen Luar Negeri menyebabkan keamanan yang sangat tidak memadai di gedung Konsulat di Benghazi.

Sebagian anggota fraksi Republik mengatakan Gedung Putih menutup-nutupi informasi, dan bahwa insiden tersebut dan penanganannya adalah skandal yang perlu diselidiki lebih lanjut.

Carney mengatakan informasi yang dibahas dalam sidang hari Rabu itu sudah diketahui, dan bahwa pemerintah bekerja sama dengan semua penyelidikan.

Dia mengatakan pemerintah yakin bahwa mantan Menteri Luar Negeri Clinton bertindak benar dalam menanggapi pembunuhan itu, dan bahwa Departemen Luar Negeri telah merespon temuan panel independen itu.

Carney menambahkan, "Ada kecaman yang sah yang dituangkan dalam laporan Badan Peninjau Akuntabilitas, yang tak tanggung-tanggung dan kritis, dan bahwa Departemen Luar Negeri, bukannya defensif tentang hal itu, tetapi menerima secara keseluruhan dan menindaklanjuti setiap rekomendasi yang terkandung di dalamnya."

Selama beberapa minggu setelah serangan itu, para pejabat pemerintahan menyebutnya sebagai hasil dari protes spontan. Mereka kemudian merevisinya, dan mengatakan insiden itu sebagai serangan teroris.

Mantan Menlu Clinton sering disebut-sebut sebagai bakal calon presiden tahun 2016 dari Partai Demokrat.
XS
SM
MD
LG