Tautan-tautan Akses

FDA Loloskan Obat Tuberkulosis Baru dalam 40 Tahun


Hasil rontgen pasien yang terinfeksi tuberkulosis. Banyak pasien tuberkulosis yang resisten terhadap multiobat (multi-drugs resistant). (Foto: Dok)
Hasil rontgen pasien yang terinfeksi tuberkulosis. Banyak pasien tuberkulosis yang resisten terhadap multiobat (multi-drugs resistant). (Foto: Dok)

Badan Obat-Obatan dan Makanan AS meloloskan obat untuk pasien tuberkulosis yang tidak merespon pengobatan lain.

Badan Obat-Obatan dan Makanan AS (FDA) pada Senin (31/12) meloloskan obat tuberkulosis produksi Johnson & Johnson yang merupakan obat pertama untuk memerangi infeksi mematikan tersebut dalam lebih dari empat dekade terakhir.

Lembaga tersebut meloloskan pil Sirturo untuk digunakan dengan obat lain yang telah ada untuk mengobati jenis tuberkulosis yang tidak merespon obat lain. Namun, FDA mengingatkan bahwa obat tersebut memiliki risiko potensi masalah jantung yang mematikan, sehingga harus diresepkan dengan hati-hati oleh dokter.

Sekitar sepertiga populasi dunia diperkirakan terinfeksi bakteria yang menyebabkan tuberkulosis. Penyakit tersebut membunuh sekitar 1,4 juta orang per tahun di dunia. Dari jumlah itu, sekitar 150.000 orang meninggal karena resistensi terhadap obat yang terus meningkat di kalangan pasien tuberkulosis. Sekitar 60 persen dari kasus kematian karena tuberkulosis terkonsentrasi di Tiongkok, India, Rusia dan Eropa Timur.

Pasien penyakit ini harus makan obat selama enam sampai sembilan bulan.

Sirturo, dengan nama kimia bedaquiline, merupakan obat pertama yang secara spesifik dirancang untuk mengobati tuberkulosis yang resisten terhadap beragam obat, atau tidak dapat diobati oleh paling tidak dua dari empat antibiotik utama yang dipakai untuk tuberkulosis.

Obat standar yang dipakai untuk memerangi penyakit tersebut dikembangkan pada 1950an dan 1960an. (AP/Reuters)
XS
SM
MD
LG