Tautan-tautan Akses

16 Juta Remaja di Dunia Hamil di Luar Nikah Tiap Tahun


Seorang remaja berusia 18 tahun yang hamil delapan bulan, di sebuah fasilitas kesehatan di Bangkok. (Foto: Dok)
Seorang remaja berusia 18 tahun yang hamil delapan bulan, di sebuah fasilitas kesehatan di Bangkok. (Foto: Dok)

Fokus utama Hari Populasi Dunia tahun ini adalah kehamilan remaja, yang terjadi pada sekitar 16 juta orang per tahun menurut data PBB.

Tanggal 11 Juli adalah Hari Populasi Dunia, dan tahun ini fokusnya ada pada kehamilan remaja. Diperkirakan 16 remaja putri melahirkan setiap tahun, banyak diantaranya di Afrika atau negara-negara berkembang lainnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa banyak remaja putri mengalami komplikasi saat melahirkan yang menyebabkan kecacatan, sterilitas atau bahkan kematian. Tidak ada data mengenai berapa banyak yang mengakhiri kehamilannya melalui aborsi yang tidak aman.

"Isu kehamilan remaja merupakan masalah besar di Afrika. Afrika memiliki populasi yang muda. Sekitar 60 persen penduduk di Afrika berusia di bawah 24 tahun, yang berarti bahwa ketika kita membicarakan kehamilan, hal ini merupakan isu dalam kelompok usia tersebut," ujar Akinyele Dairo, penasihat program dan teknis senior untuk kesehatan reproduksi perempuan pada Dana Kependudukan PBB untuk wilayah Afrika.

Ia mengatakan ada beberapa alasan mengapa tingkat kehamilan sangat tinggi di Afrika, salah satunya adalah kurangnya pendidikan seks yang komprehensif di sekolah akibat ketidaksiapan guru atau karena bukan bagian dari kurikulum.

"Kedua, para orangtua tidak mampu dan siap untuk membahas isu pendidikan seks dengan remaja. Ketiga, mereka yang memahami isu seks tidak memiliki akses kepada layanan-layanan yang akan melindungi mereka dari kehamilan remaja. Dan bahkan jika layanan itu tersedia di fasilitas kesehatan, penyedia layanan kesehatan tidak cukup ramah atau membantu untuk mendorong para remaja datang ke fasilitas-fasilitas tersebut," ujarnya.

Alasan lain untuk kehamilan remaja ini adalah pernikahan dini.

“Di banyak negara di Afrika, sekitar 20 sampai 40 persen dari perempuan usia 18 sudah menikah. Rendahnya tingkat pendidikan dan melek huruf membuat mereka cenderung menikah lebih awal," ujarnya.

Banyak remaja putri yang dipaksa berhenti sekolah oleh orangtua mereka untuk menikah muda.

Ketika mereka hamil, tubuh mereka mungkin tidak siap untuk menghadapi banyak perubahan. Akibatnya, mereka lebih rentan pada infeksi atau luka pada saat kehamilan yang menyebabkan mereka sakit dan dijauhi karena bau akibat penyakit tersebut.

Dairo mengatakan tidak ada data mengenai remaja putri yang ingin mengakhiri kehamilan mereka, namun pilihan mereka terbatas.

"Di Afrika, hanya ada dua negara yang melegalkan aborsi, yaitu Tunisia dan Afrika Selatan. Di kedua negara itu remaja dapat pergi ke fasilitas kesehatan untuk mengakhiri kehamilan mereka," ujarnya.

Beberapa negara Afrika mengizinkan aborsi ketika nyawa ibu terancam atau dalam kasus pemerkosaan atau inses.

Yang terjadi, menurut PBB, para remaja ini melakukan aborsi gelap yang tidak aman dan dapat mengarah pada kematian atau infeksi serius yang dapat mencegah mereka hamil lagi.

Dairo mengatakan para remaja perlu lebih berpengetahuan mengenai kesehatan seksual melalui pusat-pusat kesehatan yang menyambut mereka dengan tangan terbuka.
XS
SM
MD
LG