Tautan-tautan Akses

Kampanye Anti-Korupsi di China, 'Devil' Tak Lagi Memakai Prada


Pejalan kaki melewati toko Prada di distrik perbelanjaan Tsim Sha Tsui di Hong Kong (16/9). (Reuters/Bobby Yip)
Pejalan kaki melewati toko Prada di distrik perbelanjaan Tsim Sha Tsui di Hong Kong (16/9). (Reuters/Bobby Yip)

Pembeli produk barang mewah di China beralih dari produk dengan merek mencolok dan gemerlap ke barang-barang yang lebih berkelas dengan logo tersamar.

Tidak seperti di film Hollywood "The Devil Wears Prada", penjahat tidak memakai barang-barang bermerek Prada di China. Paling tidak itu menurut para blogger China yang bertekad mengekspos para pejabat pemerintahan yang korup dan memamerkan barang-barang mewah bermerek dengan harga jauh di atas gajinya.

Prada merupakan salah satu di antara beberapa merek premium yang melaporkan pertumbuhan yang solid di pasar barang mewah terbesar kedua di dunia itu. Situasi ini terjadi meski kampanye pemerintah melawan pengeluaran yang mencolok dan pemberian hadiah cukup melukai perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang bermerek seperti LVMH, Compagnie Financiere Richemont dan Kering SA.

Logo-logo pada tas, dompet dan sepatu kulit mewah merek Prada pada umumnya tersembunyi dan sekarang-sekarang ini, hal itu merupakan kunci di China.

Bulan ini, pengadilan menjatuhi hukuman penjara 14 tahun pada seorang pejabat daerah atas tindak pidana korupsi, setelah foto-foto dirinya memakai jam-jam mahal -- termasuk yang menurut para blogger bermerek Vacheron Constantin - tersebar luas di Internet dan membuatnya dipanggil “Brother Watch”.

Richemont memiliki beberapa perusahaan jam mewah terdepan termasuk Vacheron Constantin, Cartier dan Piaget, dan awal bulan ini menyatakan bahwa permintaan di China melemah.

"Beberapa perusahaan, seperti Richemont, memiliki banyak paparan ke sektor-sektor yang sangat populer di China tahun ini, terutama jam tangan mewah," ujar James Roy, analis senior pada China Market Research Group di Shanghai.

"Banyak klien-klien barang mewah sekarang beralih dari merek-merek yang berkilau dan gemerlap seperti Gucci dan Louis Vuitton, ke barang-barang yang lebih tersamar dan berkelas tanpa logo yang mencolok," ujarnya.

Louis Vuitton dari LVMH dan Gucci dari Kering, yang memiliki penggemar setia karena merek-mereknya yang mencolok, sekarang beralih dari fokus terhadap logo dan sekarang menawarkan lebih banyak tas-tas tangan kulit kelas atas.

Prada percaya diri dengan China, pasar terbesarnya, meski penjualan melambat pada semester pertama tahun ini, menurut rumah mode Italia mewah tersebut Selasa (17/9).

Perusahaan yang terdaftar di Hong Kong tersebut, dengan keuntungan bersih semester pertamanya jauh dari harapan, mengatakan bahwa permintaan akan tas-tas kulit warna-warni mereka di China, terutama di kota-kota lapisan dua tempat mereka baru membuka toko, tidak memperlihatkan tanda-tanda mereda.

"Pertumbuhan di China masih sangat tinggi dan bagus," ujar CFO perusahaan Donatello Galli. Ia menambahkan rencana-rencana investasi di negara itu tidak berubah.

Pertumbuhan penjualan di seluruh China, termasuk Hong Kong, melambat 20 persen dalam semester pertama dari 35 persen setahun lalu. Wilayah ini, termasuk Hong Kong, mencakup 21 persen dari pendapatan Prada.

Peralihan dari barang-barang mewah yang mencolok mata tampak jelas di kota-kota besar seperti Shanghai dan Beijing, di mana banyak perusahaan memiliki toko-toko terbesar mereka dan selera para pelanggan berubah dengan cepat.

“Saya mencari barang-barang berkualitas tinggi, tidak mencolok, yang berarti logonya harus kecil," ujar Chloe Chen, 23, seorang lulusan universitas di Shanghai.

Namun logo-logo masih sangat populer di sebagian besar China, di mana merek-merek mewah masih merupakan hal yang baru, menurut para analis. Perhiasan mewah merek Tiffany & Co. juga laku keras karena permintaan yang meningkat dari para pasangan.
XS
SM
MD
LG