Tautan-tautan Akses

Menlu Clinton Tawarkan Bantuan AS untuk Mesir


Menlu AS Hillary Clinton (kiri) melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir, Mohammed Morsi di Istana Presiden di Kairo, Sabtu (14/7).
Menlu AS Hillary Clinton (kiri) melakukan pembicaraan dengan Presiden Mesir, Mohammed Morsi di Istana Presiden di Kairo, Sabtu (14/7).

Menlu AS Hillary Clinton telah mengakhiri pembicaraan dua hari dengan pimpinan sipil dan militer Mesir yang berselisih dalam kunjungannya di Kairo.

Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton menawari kedua pimpinan sipil dan militer Mesir, bantuan Amerika bagi ekonomi Mesir yang goyah tanpa menyatakan secara terbuka keberpihakannya dalam perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung antara kedua pihak.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan Clinton membahas usul bantuan Amerika dalam pertemuan dengan panglima militer Mesir Jenderal Mohamed Hussein Tantawi di Kairo, hari Minggu.

Menurut pejabat itu, Tantawi memberitahu Clinton bahwa menghidupkan kembali ekonomi Mesir merupakan prioritas negara itu. Clinton mengungkapkan rincian janji bantuan Amerika hari Sabtu, sewaktu berbicara dengan Presiden Mohamed Morsi yang mulai menjabat bulan lalu.

Koresponden VOA Scott Stearns, yang menyertai perjalanan Clinton, mengatakan, pengurangan utang merupakan bagian penting dari paket bantuan Amerika.
Rencana bantuan Amerika itu mencakup dana 60 juta dolar bagi usaha kecil dan menengah Mesir serta 250 juta dolar bagi sektor swasta. Stearns mengatakan Mesir harus merundingkan syarat-syarat mengenai paket bantuan pengurangan utang yang lebih luas dengan Amerika, tetapi proses itu tidak dapat dimulai sebelum Morsi membentuk kabinetnya

Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika itu mengatakan, Clinton juga mendesak Tantawi agar melindungi hak seluruh rakyat Mesir, termasuk perempuan dan kelompok-kelompok minoritas, sementara para pemimpin militer dan Presiden Morsi berupaya menyelesaikan perselisihan mengenai transisi politik Mesir.

Dewan militer yang dipimpin Tantawi menyerahkan kepemimpinan Mesir kepada Morsi setelah ia menang dalam pemilihan presiden bebas pertama di negara itu dalam pemilu yang diawasi militer. Tetapi beberapa hari sebelum pelantikan Morsi, dewan militer melucuti sebagian besar kewenangan presiden dan membubarkan majelis rendah parlemen yang didominasi sekutu-sekutu Islamisnya. Morsi memerintahkan majelis untuk bersidang kembali sebagai pembangkangan terhadap militer.

Perebutan kekuasaan telah menempatkan Amerika dalam posisi pelik dengan Mesir, sekutu lamanya yang puluhan tahun diperintah tokoh-tokoh militer yang menindas gerakan oposisi Islamis.

Sewaktu berbicara hari Sabtu, Clinton mendesak militer Mesir agar kembali ke peran keamanan nasional. Tetapi ia juga menyatakan rakyat Mesir-lah, bukannya Amerika, yang menentukan pembangunan demokrasi mereka melalui dialog dan kompromi.
Usai pertemuan hari Minggu, Tantawi mengatakan Dewan Agung Angkatan Bersenjata menghormati kewenangan legislatif dan eksekutif Mesir. Tetapi ia juga memperingatkan bahwa militer tidak akan membiarkan siapapun mengganggu perannya melindungi Mesir.

Clinton belakangan mengatakan kepada sekelompok perempuan pengusaha Mesir bahwa demokrasi membutuhkan lebih dari sekadar pemilu. Menurutnya, dalam demokrasi, kelompok mayoritas melindungi hak-hak minoritas.

Ia mengatakan Washington berkomitmen untuk memajukan hak-hak seluruh rakyat Mesir, lelaki dan perempuan, Muslim dan Kristen, dan menginginkan pemerintah terpilih di Mesir merangkul semua kalangan. Clinton dijadwalkan bertolak ke Israel Minggu sore.
XS
SM
MD
LG