Tautan-tautan Akses

Muslim AS Rasakan Kenikmatan Meski Berpuasa di Musim Panas


Muslim AS melakukan shalat tarawih berjamaah. Banyak Muslim AS mengatakan berpuasa Ramadan di Amerika lebih menantang dibanding dengan di negara-negara mayoritas Muslim.
Muslim AS melakukan shalat tarawih berjamaah. Banyak Muslim AS mengatakan berpuasa Ramadan di Amerika lebih menantang dibanding dengan di negara-negara mayoritas Muslim.

Jam berpuasa yang panjang dan suhu udara yang panas menjadi tantangan tersendiri bagi para kaum Muslim di AS yang melakukan puasa Ramadan tahun ini.

Walaupun tidak makan dan minum seharian, kakak beradik Elmasri tetap bermain sepakbola, olahraga kegemaran mereka.

“Tidak mudah untuk tidak minum air, ini yang paling sulit,” ujar Aisha, salah satu dari dua anak perempuan keluarga Elmasri. Ia dan Nailah, serta dua kakak mereka, Yusuf dan Omar, mewarisi kegemaran sepakbola dari ayah mereka.

Bulan puasa membawa tantangan lebih bagi mereka, apalagi karena Ramadan tahun ini jatuh di musim panas, sehingga matahari terbenam di atas jam delapan malam. Selain itu, suhu udara juga panas.

“Kami cepat lelah dan benar-benar sulit untuk memusatkan perhatian,” ujar Omar.

Tapi, Elmasri bersaudara mendapat dukungan dari teman-teman setim mereka yang non-Muslim. Mereka bahkan menjadi lebih ingin tahu mengenai puasa dan Islam.

Ramadan memang membawa tantangan tersendiri bagi kaum Muslim di Amerika, yang berpuasa di tengah-tengah masyarakat yang kebanyakan tidak menjalankan puasa. Tapi, Ramadan lebih dari sekedar berpuasa dan disiplin. Ketika matahari terbenam, banyak Muslim Amerika berkumpul di mesjid-mesjid dan berbuka puasa bersama.

“Saya senang menghabiskan bulan Ramadan di masjid hanya untuk mendapatkan perasaan berkumpul ini,” kata Rimel Bagoury yang hijrah ke Amerika dari Mesir ketika berusia 16 tahun. Menurutnya, Ramadan di Mesir terasa sangat berbeda.

“Saya merasa setiap orang merayakan apa yang saya rayakan. Tetapi, di Amerika, hanya pergi ke tempat kerja, kuliah, atau ke sekolah, tidak setiap orang di sekeliling saya sama. Saya tidak merasakan hal yang sama seperti di Mesir,” ujarnya lebih lanjut.

Berkumpul di masjid untuk berbuka puasa, menurut Bagoury, memperkental perasaan kekeluargaan dan silaturahmi seperti yang ia alami di Mesir.

Usman Madha, yang juga pernah tinggal di Arab Saudi selama Ramadan, lebih suka menjalankan ibadah bulan suci Ramadan di Amerika.

Ia mengatakan, “Di Arab Saudi, meskipun dikelilingi oleh orang sebangsa, kita merasa sendirian. Tetapi kalau di Amerika, ada sanak saudara dan teman-teman. Meskipun kita tidak berada di negara Muslim, kebersamaan dengan teman-teman dan keluarga serta kerabat terasa berbeda.”

Banyak Muslim Amerika mengatakan pengalaman membentuk hubungan yang lebih kuat dan lebih dekat kepada Tuhan membantu mereka mengatasi tantangan berpuasa secara fisik dan mental dalam bulan Ramadan.

XS
SM
MD
LG