Tautan-tautan Akses

Berduka di Era Media Sosial


Para pelayat berdatangan ke upacara mengenang CEO SurveyMonkey David Goldberg, Selasa (5/5) di Stanford, California.
Para pelayat berdatangan ke upacara mengenang CEO SurveyMonkey David Goldberg, Selasa (5/5) di Stanford, California.

Taya Dunn Johnson sudah terbiasa selama bertahun-tahun menggunakan Facebook, Twitter dan media sosial lainnya untuk berbagi berbagai momen sehari-hari, mulai dari yang biasa hingga saat-saat yang bersejarah baginya.

Sementara suaminya, seorang spesialis IT, justru kebalikannya. Walaupun ia tidak keberatan bila keluarga, kerabat maupun rekan kerja memasang posting yang terkait dengannya.

Tiga tahun lalu, sang suami dengan mendadak meninggal dunia akibat serangan jantung di usia 37 tahun dan Taya Dunn Johnson merasa ia menginginkan privasi saat memakamkan suaminya.

"Saya menyelenggarakan dua upacara dan harus meminta orang untuk tidak mengambil foto peti jenazahnya," kata Johnson, seorang pegawai kantoran berusia 38 tahun yang tinggal di Baltimore dengan putra mereka yang berusia 6 tahun. "Saya merasa sangat terganggu. Beberapa hari kemudian, saya menyadari beberapa orang "check-in" dari lokasi pemakaman dalam berbagai situs media sosial."

Walaupun ia aktif menggunakan media sosial saat itu dan hingga sekarang, Johnson mengerti mengapa eksekutif Facebook Sheryl Sandberg meminta para pelayat, termasuk tokoh-tokoh di industri teknologi, untuk tidak menggunakan media sosial di tengah pemakaman suaminya, Selasa pekan ini.

"Di mana batasannya," ujar Johnson. "Kita berbagi informasi tentang segala sesuatu mulai dari mobil baru hingga makanan hingga baju baru."

Bagaimana dengan kematian?

Ann Bacciaglia, dari Ottawa juga aktif menggunakan media sosial. Suaminya selama 18 tahun meninggal dunia tiba-tiba akibat sebuah kista di otak yang tidak terdeteksi tahun 2011. Ia berusia 44 saat itu.

Ann mengumumkan berita wafatnya sang suami di Twitter. Tidak terlintas di pikirannya untuk melarang penggunaan ponsel pada pemakaman suaminya. Tapi walaupun tanpa larangan, tidak ada satu pun yang melakukannya.

Setahun setelah itu, ia mulai menulis blog mengenai kesedihan yang ia rasakan dan ia justru semakin mengandalkan dukungan secara online dari teman-teman dan pengikutnya. Perempuan-perempuan lain yang mengalami hal serupa, kehilangan suami mereka di usia relatif muda, membantu Ann mengatasi rasa dukanya.

"Suami saya boleh jadi tidak melihat media sosial sebagai sesuatu yang bermanfaat, tapi ini menjadi bagian besar dan penting dari proses berduka saya," kata Bacciaglia.

Baik di dunia nyata maupun di Facebook, standar yang sama berlaku pada pemakaman dan upacara memorial seseorang, ujar David Ryan Polgar, seorang pengacara dan mantan dosen di West Hartford, Connecticut, yang menulis blog mengenai teknologi dan etika.

Google Glass
Google Glass

"Apakah Anda ingin melihat Google Glass pada acara pemakaman? Tidak ada yang dapat menggantikan koneksi antar manusia," katanya. "Ada waktu-waktu tertentu yang mengharuskan kita untuk lebih terhubung dengan sekeliling kita, kebutuhan untuk mencermati setiap momennya, dan acara pemakaman adalah salah satu di antaranya."

Di Amerika, acara pemakaman biasanya didahului dengan upacara memorial untuk mengenang almarhum atau almarhumah, lazimnya diselenggarakan di rumah pemakaman ataupun rumah ibadah. Acara biasanya dipimpin oleh seorang rohaniwan, diisi dengan pidato oleh keluarga atau sahabat. Upacara ini biasanya disusul dengan acara penguburan pada hari yang sama atau hari berikutnya.

Walker Posey, seorang kepala rumah pemakaman di South Carolina dan seorang juru bicara bagi National Funeral Directors Association, mengatakan teknologi tentunya memiliki tempat pada proses berduka, tapi selfie di acara pemakaman jelas tidak pantas.

Rumah pemakamannya di North Augusta mencantumkan usulan etiket di websitenya jikalau diperlukan.

"Jangan melanggar privasi keluarga," bunyi usulan tersebut. "Dalam dunia media sosial dan teknologi saat ini, penting untuk diingat bahwa piranti-piranti ini bisa menjadi sebuah cara untuk menunjukkan dukungan dan kepedulian kepada keluarga yang sedang berduka. Penggunaan teknologi dan media sosial untuk memasang sesuatu yang dapat melanggar hak privasi keluarga ataupun menganggu proses berduka harus dihindari."

Terkadang keluarga yang berduka memasang sesuatu di Facebook yang tampak kurang pantas. Seorang pengguna Facebook pernah memasang foto dirinya di taman pemakaman dengan peti jenazah sang ibu di belakangnya. Seorang lainnya memasang foto surat warisan ibunya dalam sebuah update status mengenai perannya sebagai pelaksana pembagian harta warisan.

Tapi teknologi juga dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga yang ditinggalkan. Rumah pemakamannya dan rumah-rumah pemakaman lainnya di AS menawarkan streaming langsung acara pemakaman dan memorial kepada orang-orang tercinta almarhum dan almarhumah yang ingin menyaksikan acara tersebut. Ia melakukan 30 hingga 40 streaming per tahun, termasuk acara pemakaman seorang nenek agar dua cucunya yang sedang menjalani tugas militer di Irak dapat hadir secara virtual.

"Kalau Anda dapat membawa makanan ke keluarga yang berduka, bagus, tapi kalau bisa ada hal-hal lain yang juga bisa bermakna bagi mereka. Tidak semua dapat menghadiri acara pemakaman, tapi Anda dapat meninggalkan pesan secara online, misalnya, itu masih bisa membantu," ujar Posey.

Molly Kalan mempelajari peran media sosial dalam proses berduka. Ia menulis tesis pasca sarjananya mengenai topik ini, mendalami bagaimana rasa berduka diekspresikan online.

"Menurut saya, media sosial memberikan kesempatan yang baik bagi orang menyampaikan duka cita, terutama bila mereka merasa tidak nyaman melakukannya dengan cara lain. Walaupun begitu, implikasinya patut dipertimbangkan. Yang studi ini temukan adalah perilaku tersebut membuat kita cenderung menghindari topik kematian dan tidak memberikan diri kita kesempatan untuk merasakan ketidaknyamanan dari pikiran mengenai kematian dan rasa duka," ujar Kalan, yang tinggal di Boston.

Lesley Deveraux, seorang penasehat dan pendeta mengatakan ia sangat jarang melihat orang mengambil selfie atau mengirim tweet di tengah-tengah acara pemakaman, tapi ia pada dasarnya tidak setuju dengan penggunaan ponsel di tengah-tengah acara.

"Saya harus berkata, 'Singkirkan ponsel Anda.' Ponsel berbunyi, orang mengirim SMS, mereka tidak berfokus pada acara yang mereka hadiri," katanya. "Tapi media sosial punya peran tersendiri sebagai tempat untuk menyampaikan dukungan."

Dave Goldberg, CEO SurveyMoney, meninggal dunia di usia 47 tahun setelah jatuh di treadmill dan menderita trauma di kepala saat berlibur bersama keluarga di Meksiko.

Walaupun istrinya, Sheryl Sandberg, meminta pelayat untuk tidak memasang update dari acara memorial suaminya, ia mengucapkan terima kasih di Facebook atas dukungan yang luar biasa.

Ucapan dari Sanderg ini diteruskan 18.000 hanya dalam beberapa jam pertama.

XS
SM
MD
LG