Tautan-tautan Akses

Beirut, Bangkitnya Kembali Kota yang Pernah Hancur


A man points a big crack on a damaged road following a strong earthquake in Phan district of Chiang Rai province, northern Thailand.
A man points a big crack on a damaged road following a strong earthquake in Phan district of Chiang Rai province, northern Thailand.

Kelahiran kembali Beirut, ibukota Lebanon, yang 20 tahun lalu dipenuhi puing, menunjukkan bagaimana sebuah kota dapat bangkit kembali.

Hotel tua Holiday Inn di Beirut, yang bopeng akibat lubang-lubang peluru, mengingatkan para pengunjungnya bagaimana pertempuran bersenjata pernah membara disepanjang Jalur Hijau yang memisahkan umat Islam di bagian barat dan Kristen di timur.

Satu generasi kemudian, kafe-kafe pinggir jalan penuh pengunjung. Lanskap kota Beirut yang baru diisi jendela-jendela toko yang elok, gedung-gedung apartemen tinggi dan menara-menara kantor serta Derek-derek konstruksi. Beirut sebagian besar telah dibangun kembali.

Oliver Martin-Robinson, seorang analis dari Inggris di Beirut, menyaksikan gedung-gedung pencakar langit mulai bermunculan. “Ada bidang konstruksi yang sedang berkembang pesat di Libanon dan ini sudah berjalan cukup lama,” kata Martin-Robinson. “Umumnya terpusat pada properti mewah, ruang kantor mewah dan di pusat kota.”

Gaby Bayram,kanan, warga Beirut yang juga pendiri www.savebeirut.org memakai T-shirt dengan tulisan yang berarti "Beirut, kota yang tidak pernah menyerah." (AP/Ben Curtis)
Gaby Bayram,kanan, warga Beirut yang juga pendiri www.savebeirut.org memakai T-shirt dengan tulisan yang berarti "Beirut, kota yang tidak pernah menyerah." (AP/Ben Curtis)
Ronnie Chatah, seorang sejarawan kota itu, memimpin tur kota bernama Walk Beirut. Ia sulit menemukan gedung-gedung yang tersisa dari masa kekaisaran Ottoman dan penjajahan Perancis satu abad lalu.

“Ada kantung-kantung di dalam kota Beirut yang disebut kampung-kampung tradisional yang sedang dipugar,” kata Chatah. “Tidak banyak yang tersisa. Saya pikir rekonstruksi, atau paling tidak pembangunan ulang, lebih diutamakan ketimbang pemugaran yang menurut saya menghilangkan sebagian sejarah Beirut – paling tidak sejarah arsitekturnya.”

Banyak pusat perbelanjaan mewah dan gedung-gedung apartemen bernilai jutaan dollar dibangun untuk “Gulfies”. Gulfies adalah para wisatawan kaya dari Teluk Persia yang datang untuk menikmati gaya hidup Beirut – yang sejak lama dianggap toleran dan kadang suka berhura-hura.

Tetapi setelah pecah perang saudara di Suriah, berbagai berita mengenai kekerasan membuat takut para wisatawan. Negara-negara di Teluk Persia dan Turki memperingatkan warga negara mereka agar tidak mengunjungi Beirut tahun ini karena adanya ancaman meluasnya kekerasan di Suriah.

Martin-Robinson mengatakan sedikit kamar hotel yang terisi di pusat kota. “Kita bisa melihatnya berdasarkan fakta bahwa tidak banyak orang saat ini di Beirut. Banyak hotel yang dimiliki orang-orang dari Teluk. Seperti kita tahu mereka kini menghindari Beirut sehingga kamar-kamar hotel banyak yang tetap kosong.”

Namun meskipun ada perang di negara tetangga, gedung-gedung terus dibangun di Beirut.
XS
SM
MD
LG