Tautan-tautan Akses

Beijing Kecam Vonis Myanmar atas 156 Pembalak Liar China


Kayu-kayu dari Myanmar yang dibawa ke China untuk dijadikan bahan meubel bagi pabrik meubel di Ruili di provinsi Yunnan, dekat perbatasan Myanmar (foto: dok).
Kayu-kayu dari Myanmar yang dibawa ke China untuk dijadikan bahan meubel bagi pabrik meubel di Ruili di provinsi Yunnan, dekat perbatasan Myanmar (foto: dok).

Pemerintah China hari Kamis (23/7) mengecam vonis penjara yang lama bagi lebih dari 150 warga China yang didakwa melakukan pembalakan liar di Myanmar.

Kementerian Luar Negeri China, dalam sebuah pernyataan hari Kamis (23/7) mengimbau Myanmar untuk memperlakukan warga China itu "sesuai hukum, wajar dan beralasan," dan meminta agar semuanya dipulangkan ke China "sesegera mungkin."

Sebanyak 156 warga China ditangkap bulan Januari lalu karena melakukan pembalakan liar di hutan di negara bagian Kachin, di perbatasan Myanmar dengan China.

Hari Rabu, hampir semua terdakwa, kecuali tiga orang, dijatuhi vonis yang disebut sebagai hukuman penjara "seumur hidup". Para pengamat di Myanmar, mengatakan para tahanan biasanya menjalani hukuman penjara 20 tahun bagi vonis semacam itu.

Seorang hakim, Myint Swe, membenarkan vonis yang sangat berat dan tidak biasa itu sebagai salah satu tindakan keras terbesar oleh Myanmar terhadap pembalakan liar.

Hakim Myint mengatakan hukuman penjara itu diputuskan karena luasnya potensi kerusakan terhadap lingkungan dan hilangnya hutan berdasarkan jumlah orang yang terlibat dan peralatan mesin yang digunakan.

Pihak berwenang, pada saat penangkapan, mengatakan mereka menyita 436 truk pengangkut kayu gelondongan, 14 truk bak terbuka yang sarat muatan kayu gelondongan, obat-obat perangsang, candu mentah dan mata uang China.

Pemerhati lingkungan telah lama menuduh Myanmar dan China mengabaikan jaringan penyelundupan batu-batu permata, narkoba dan berbagai sumber daya alam yang terancam punah di sepanjang perbatasan mereka.

Julian Newman, direktur kampanye organisasi nirlaba Badan Intelijen Lingkungan yang berkantor di Inggris, mengatakan, "Jelas kami menyambut baik penegakan hukum ini. Dan menurut kami vonis itu cukup berlebihan dan faktanya di mana sebagian besar orang yakin bahwa para pelaku yang ditangkap itu, bukanlah para pelaku kelas kakap."

Julian Newman mengatakan perjanjian dengan para pengusaha China bagi pembalakan liar, terjadi pada tingkat yang sangat tinggi, baik dengan kelompok etnis atau militer di Myanmar.

Aktivis Myanmar Maung Zarni yang tinggal di pengasingan mengatakan vonis berat itu tampaknya adalah tindakan balasan terhadap China yang ‘menggelar karpet merah’ bagi kunjungan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi baru-baru ini ke Beijing.

"Pemerintah militer Myanmar tidak pernah bertindak keras terhadap para pengusaha China, ilegal atau legal. Ini sebenarnya politik tit-for-tat atau ‘pembalasan” yang umum dilakukan oleh para pemimpin militer Myanmar," ujar Zarni.

Maung Zarni memperkirakan Myanmar akhirnya akan tunduk pada tekanan China dan mereka yang dipenjarakan tadi akan dibebaskan lebih awal dan dipulangkan ke China. (zb/al)

Recommended

XS
SM
MD
LG