Tautan-tautan Akses

Tepis Tabu, Ateis Timur Tengah Luncurkan Saluran TV


Para aktivis di Mesir berharap program-program TV mereka mengurangi tabu seputar ateisme di Timur Tengah (29/4). (VOA/H. Murdock)
Para aktivis di Mesir berharap program-program TV mereka mengurangi tabu seputar ateisme di Timur Tengah (29/4). (VOA/H. Murdock)

Free Mind TV membela hak untuk tidak memiliki keyakinan agama, di negara dan wilayah di mana hal itu dapat menjadi bahaya.

Di Mesir, negara yang sangat religius di tengah wilayah yang sangat religius, ateisme bukan hanya tabu, tapi berbahaya. Mendeklarasikan keyakinan tersebut secara publik bahkan terkadang dianggap pidana.

Meski berbahaya, sekelompok aktivis melakukan dorongan dengan saluran televisi daring baru. Fre Mind TV membela hak untuk tidak berkeyakinan.

Disunting dan diproduksi dalam sebuah studio di Amerika Serikat, Free Mind TV mengatakan mereka ingin mempromosikan ide-ide liberal non-agama di Timur Tengah.

Di layar, pembawa acara tampak seperti ada di studio yang canggih. Namun realitanya, pembawa acara Ahmed Harqan, mantan Muslim, duduk di atas meja kardus di sebuah kamar tidur kecil di Mesir, dengan kain hijau digantung di belakangnya.

Ia minta lokasinya dirahasiakan, karena banyak orang di Mesir menganggap ateisme hinaan terhadap agama, membuat keterbukaan atas ateisme berbahaya. Ia berbicara berdasarkan pengalaman pribadi.

Harqan mengatakan suatu kali, orang-orang di jalanan mencoba membunuhnya dan istrinya, Nada Mandour, jadi ia lari ke kantor polisi. Orang-orang itu mengikutinya dan mengatakan pada polisi ia tampil dalam program televisi dan menghina Islam. Pasangan itu ditahan.

Setelah mereka dibebaskan 24 jam kemudian, mereka harus pindah rumah untuk menghindari ancaman dan pelecehan.

Mandour, yang juga mantan Muslim, mengambil gambar dan menyutradarai beberapa program Free Mind TV. Sejak ia meninggalkan agamanya dua tahun lalu, ia mengatakan, sebagian besar keluarganya telah mengabaikannya. Mandour mengatakan mereka membencinya karena bersikap kritis terhadap agama dan kemudian menjadi ateis. Ia tidak pernah lagi bertemu orangtuanya dan tidak diperbolehkan datang ke rumah keluarga.

Para ateis dari keluarga-keluarga Kristen di Timur Tengah juga menghadapi bahaya serupa, ujar Ayman Ramsy, mantan Kristen yang tampil di acara-acara tersebut.

Ramsy mengatakan secara teknis bukanlah kejahatan untuk menjadi ateis di Mesir. Namun ia mengatakan ia telah ditahan karena mengekpresikan keyakinannya secara publik, dituduh mengkompromikan nilai-nilai masyarakat dan menghina agama.

Free Mind TV mulai mengudara akhir tahun lalu ketika produsen Irak, Khaldoon Alghanimi pindah ke Amerika Serikat, tempat ia merasa aman berbicara mengenai bahaya yang dihadapi kelompok ateis di Timur Tengah.

Para ateis mendapat hukuman di dunia Arab. Dalam beberapa kasus mereka dipenjara. Di negara-negara seperti Arab Saudi, ateisme dianggap kejahatan yang pantas dihukum mati.

Di Mesir, Harqan mengatakan ia berharap proyek TV-nya akan mendorong orang-orang dengan keyakinan kontroversial untuk berbicara secara terbuka, meruntuhkan tabu.

XS
SM
MD
LG