Tautan-tautan Akses

AS dan Korut Lakukan Pembicaraan Dua Hari di New York


Kim Kye Gwan, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara yang memimpin delegasi pembicaraan di New York.
Kim Kye Gwan, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara yang memimpin delegasi pembicaraan di New York.

Para diplomat senior Amerika dan Korea Utara bertemu di New York hari Kamis untuk melakukan pembicaraan penjajakan mengenai kesediaan Pyongyang memulai kembali perundingan mengenai program nuklirnya. Pembicaraan ini menyusul pertemuan antara para perunding Korea Utara dan Korea Selatan pekan lalu di sela-sela Forum Regional ASEAN di Bali.

Pertemuan di misi Amerika untuk PBB diperkirakan akan berlanjut hingga Jumat, dan pemerintahan Obama menyatakan akan memanfaatkan pembicaraan penjajakan untuk mengetahui keseriusan Pyongyang dalam memenuhi kewajiban-kewajiban nuklirnya.

Amerika Serikat mengeluarkan undangan untuk pertemuan di New York setelah para perunding nuklir dari kedua Korea menyatakan melakukan pertemuan yang konstruktif di Bali.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Mark Toner mengatakan pertemuan New York merupakan langkah selanjutnya yang masuk akal.

"Kami telah menyatakan sejak lama bahwa kami terlebih dulu mengupayakan perbaikan dialog antara Utara dan Selatan," ujar Toner. "Ini salah satu langkah awal yang kami inginkan terjadi, dan ketika itu terjadi di Bali, pertemuan tersebut berlangsung konstruktif. Jadi kami merasa bahwa langkah masuk akal selanjutnya adalah mengadakan pertemuan penjajakan ini, sebelum mengambil langkah-langkah lain untuk menilai bagaimana Korea Utara menyikapinya."

Para pakar kebijakan Korea di Washington menyatakan bahwa dialog dengan Korea Utara, meskipun bermanfaat, kemungkinan tidak menghasilkan terobosan seperti segera dimulainya kembali pembicaraan enam pihak.

Bruce Klingner, peneliti senior bidang Asia Timur Laut di Heritage Foundation, mengatakan, terlalu naïf jika menolak berbicara dengan Pyongyang, meskipun Korea Utara mungkin tidak berniat menghentikan program nuklirnya.

Ia mengatakan, "Sedikit sekali pakar yang benar-benar meyakini hal itu dan saya sangat meragukannya. Jika kita memikirkannya berdasarkan sudut pandang Korea Utara, tidak masuk akal mereka akan menghentikan program senjata nuklir karena program ini bukan hanya memberi sejumlah manfaat militer, tetapi juga membuatnya diperhitungkan. Tanpa senjata nuklir, lebih mudah mengabaikan Korea Utara."

Namun Klingner, mantan perwira intelijen Amerika, mengatakan kombinasi insentif dan sanksi mungkin mengubah pola pikir Pyongyang dan 'analisa biaya-manfaat' mengenai program nuklir.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Toner hari Rabu menegaskan berulangkali bahwa pihak Amerika akan berkoordinasi dengan Korea Selatan mengenai pendekatannya itu. Ia mengatakan permintaan Korea Utara mengenai bantuan pangan baru dari Amerika tidak masuk agenda pembicaraan New York.

XS
SM
MD
LG