Tautan-tautan Akses

DUNIA DALAM FOKUS:  PROSES PERDAMAIAN KASHMIR - 2004-10-19


Di Kashmir India, para pemimpin separatis meragukan bahwa dialog yang sedang berlangsung antara India dan Pakistan mengenai Kashmir akan mencapai kemajuan berarti, kalau orang Kashmir sendiri tidak dilibatkan. Rakyat Kashmir kecewa karena proses perdamaian tidak menghasilkan perubahan apapun di wilayah yang dilanda kekerasan separatis itu.

Seorang supir taksi bernama Raj Mohammad menunjuk ke arah sebuah taman di Srinagar, Kashmir India, di mana hampir 18 bulan yang lalu, PM India Atal Behari Vajpayee mengulurkan tangan persahabatan kepada Pakistan. Optimisme merebak di satu satunya wilayah India yang mayoritas penduduknya Muslim itu.

Raj Mohammad berharap, kesulitan mencari nafkah yang telah dihadapinya bertahun tahun akan berakhir dengan pulihnya perdamaian di Kashmir. Tetapi menjelang musim gugur tahun ini, harapan berubah menjadi sikap sinis.

Sajjad Lone adalah pemimpin kelompok separatis Konferensi Rakyat. Ia mengatakan, rakyat Kashmir merasa dikesampingkan karena India menolak melibatkan mereka dalam dialog. Ia mengatakan: “Adalah aneh dan tidak etis untuk berbicara mengenai suatu tempat di mana begitu banyak orang telah tewas, tanpa mempertimbangkan aspirasi penduduk setempat, atau melibatkan mereka dalam dialog. Saya akan sangat heran kalau mereka mencapai kemajuan.”

Kaum Muslim militan melakukan pemberontakan di Kashmir India selama 15 tahun. Sebagian ingin Kashmir disatukan dengan Pakistan, yang lain ingin Kashmir menjadi wilayah independen. Pemberontakan ini telah menewaskan 60 ribu orang, baik tentara maupun warga sipil.

Tahun ini, India memprakarsai dialog terpisah dengan beberapa pemimpin Kashmir. Tetapi perundingan belum dilakukan sejak terjadi pergantian kepemimpinan di India empat bulan lalu, meskipun pemerintah baru India berjanji akan meneruskan proses perdamaian.

Para analis menyebut kepemimpinan separatis sebagai penyebab macetnya perundingan. Selama tahun yang lalu, para pemimpin separatis moderat dan garis keras terpecah, dan ada perbedaan pendapat tajam mengenai apakah mereka akan ikut dalam perundingan dengan India.

Selama setahun yang baru lalu, India dan Pakistan memulihkan hubungan transportasi, menyelanggarakan pertandingan cricket, dan meningkatkan kontak lintas batas antara warga kedua negara. Gencatan senjata di sepanjang Garis Kontrol yang memisahkan Kashmir meredakan ketegangan di wilayah wilayah perbatasan.

Tetapi Tahir Mohiudin, redaktur majalah berbahasa Urdu Chattan mengatakan, langkah langkah pembinaan rasa saling percaya belum memperbaiki keadaan di Kashmir. Ia mengatakan, tidak ada langkah untuk memfasilitasi gencatan senjata di wilayah lain Kashmir, atau memprakarsai perundingan dengan kelompok kelompok pemberontak.

Kata Mohiudin: “Kalau kedua negara bersungguh sungguh, mereka harus membahas perlunya gencatan senjata bagi kedua pihak. India menguasai pasukan keamanan, sementara Pakistan memiliki pengaruh kuat terhadap para pemimpin milisi. Mengapa India dan Pakistan tidak dapat membuat kedua pihak menyetujui gencatan senjata selama enam bulan, atau tiga bulan.”

Rakyat Kashmir mengamati perkembangan usul India untuk menghubungkan ibukota Kashmir India dan Kashmir Pakistan dengan layanan bus. Ini dianggap sebagai tonggak utama kesungguhan kedua negara bagi rakyat Kashmir.

Muzaffar Baig, menteri Keuangan partai pro-India yang menguasai Kashmir India, mengatakan bahwa langkah itu dapay mengawali proses kerukunan. Katanya: “Sekarang ini, itu tidak mungkin dicapai meskipun semua pihak berusaha mencapai solusi satu rumusan. Yang diperlukan adalah, rakyat dari kedua pihak memiliki pemahaman yang lebih baik satu sama lain, menemukan kesatuan pandangan mengenai kemanusiaan, perekonomian dan pembangunan, seperti yang dilakukan Uni Eropa dan perhimpunan perhimpunan regional lain.

Para analis lain sependapat. Mereka mengatakan, sementara India dan Pakistan maju terus dengan proses perdamaian, mereka harus berusaha lebih keras untuk meredakan ketegangan di Kashmir.

XS
SM
MD
LG