Tautan-tautan Akses

Amerika Serikat mengubah kehadiran militernya di Asia <br> Oleh Leon Howell - 2004-06-14


Selama setengah abad tentara Amerika ditempatkan di sebuah jalur antara Korea Selatan dan Utara, yang digunakan Korea Utara untuk menyerbu Korea Selatan pada tahun 1950. Tentara Amerika yang jumlahnya relatif kecil itu berfungsi sebagai alat peringatan dini, kalau Korea Utara berusaha menyerbu lagi melalui darat.

Pada tahun tahun pertama penempatannya, banyak tentara Amerika yang juga berpendapat bahwa mereka juga berfungsi mencegah Korea Selatan menyerbu Korea Utara. Tidak ada yang tahu apakah pendapat ini mengandung kebenaran.

Keterlibatan tentara Amerika di Semenanjung Korea, yang jumlahnya sekarang 37 ribu orang, dan selama beberapa dasawarsa yang lalu 44 ribu orang, sedang mengalami perubahan. Dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi Korea Selatan pekan ini, Amerika sekali lagi mengisyaratkan keinginan untuk memindahkan 7,000 orang tentaranya ke selatan, menjauhi garis depan. Amerika juga melontarkan gagasan untuk mengurangi jumlah tentaranya di Korea Selatan, menjadi 27 ribu orang, selama dua tahun yang akan datang ini.

Ada tiga alasan yang dikemukakan untuk gagasan ini. pertama, Amerika ingin menciptakan pasukan dunia yang gesit, dan dapat berpindah pindah, tidak menetap di suatu tempat untuk waktu yang lama. Menteri Pertahanan Amerika Donald Rumsfeld telah berulangkali mengemukakan gagasan ini. karena itulah 3,600 orang tentara Amerika akan dipindahkan dari Korea ke Irak, dalam waktu dekat ini.

Alasan kedua, teknologi baru memerlukan jumlah personil yang lebih kecil. Sistem pertahanan udara yang lebih canggih, yang akan digelar di Korea Selatan bulan November, akan mengurangi jumlah tentara yang diperlukan untuk mempertahankan diri terhadap serangan udara.

Alasan ketiga, Amerika tampaknya akan memperkuat tentaranya di Asia di Guam dan Hawaii. Fasilitas pelabuhan dan pangkalan udara Guam telah diperluas dengan biaya jutaan dolar belum lama ini.

Pemerintah Korea Selatan berusaha memperlambat proses ini, meskipun tentangan semakin meningkat di dalam negeri, mengenai kehadiran tentara Amerika. Salah satu alasan pemerintah Korea Selatan adalah kekhawatiran bahwa Korea Utara akan secara keliru menafsirkan perubahan ini sebagai tanda kelemahan, meskipun Amerika secara terbuka memperingatkan Korea Utara agar jangan keliru dalam menilai tekad Amerika untuk mempertahankan kebebasan Korea Selatan.

Para pengamat di Jepang berpendapat, 53 ribu orang tentara Amerika yang ditempatkan di Negeri Sakura akan menjadi semakin penting dalam rencana Amerika yang baru. Itu sebagian adalah karena semakin eratnya hubungan militer antara Amerika dan Jepang, dna juga karena ikatan tentara Amerika di Jepang tidak sekuat di Korea Selatan.

Pekan ini juga terjadi perdebatan mengenai kemungkinan tentara Amerika terlibat di Asia Tenggara. Yang menjadi fokus adalah Selat Malaka, jalur pelayaran sepanjang 880 kilometer antara Indonesia dan Malaysia. Lebih dari 55 ribu kapal melewati selat itu setiap tahun, membawa 30 persen barang dagangan sedunia dan jutaan barel minyak mentah setiap hari dari Timur Tengah ke Cina, Jepang dan Korea.

Keprihatinan meningkat bahwa kerentanan jalur pelayaran yang sangat penting ini, yang sejak lama menjadi daerah operasi bajak bajak laut, akan menjadi sasaran utama terorisme. Kalau sebuah kapal besar tenggelam di selat yang strategis itu, lalu lintas pelayaran akan terhenti berbulan bulan. Sebuah rekaman video yang ditemukan di Afghanistan beberapa tahun yang lalu menunjukkan rencana teroris untuk menghantamkan perahu motor bunuh diri ke kapal kapal perang Amerika di Selat Malaka.

Semua sependapat bahwa masalah itu ada. Yang diperdebatkan adalah: apa yang harus dilakukan. Amerika mengatakan, bersedia mengerahkan kapal kapal dan pasukan marinir untuk mencegah serangan seperti itu. Singapura mendukung gagasan ini. Tapi Malaysia dan Indonesia menentang keterlibatan langsung tentara Amerika. Menteri Pertahanan Malaysia Najib Razak pekan lalu memperingatkan dalam sebuah konferensi mengenai keamanan di Singapura, perkembangan itu dapat mengobarkan fanatisme Islam. Kita harus memetik pelajaran dari Irak, katanya. Pembebas yang kurang perhitungan akan melakukan kesalahan, dan niat baik yang pelaksanaanya gegabah dapat mengganggu kestabilan sosial dan politik. Dua hari kemudian, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda juga menolak pengerahan tentara asing di kawasan itu.

Amerika akan tetap memiliki kekuatan di Asia. Bentuk baru keterlibatan Amerika di Asia belum ditetapkan. Amerika tidak boleh mengabaikan pendapat Malaysia dan Indonesia mengenai Selat Malaka, dan pendapat Korea Selatan mengenai kehadiran tentara Amerika di negara itu. Tetapi banyak negara Asia lain pekan ini memperingatkan Amerika, penyebab adanya pemisah antara Amerika dan sekutu sekutu lamanya di Asia adalah kebijakan Amerika di Timur Tengah.

Alih Bahasa oleh Djoko Santoso

XS
SM
MD
LG