Tautan-tautan Akses

Seniman Cilik Fadhil Ahmad Ikuti ICAF di Amerika - 2003-09-23


Sifat kanak-kanaknya memang masih terlihat baik melalui kebiasaannya maupun gaya bicaranya. Sudah sewajarnya, karena Fadhil Ahmad masih berusia sepuluh setengah tahun. Namun dalam usia belia, ia sudah berprestasi dalam bidang melukis sejak duduk di kelas satu SD. Sudah sekitar 18 karya lukisnya mendapat penghargaan baik di dalam maupun luar negeri, dari hadiah hiburan, sampai medali emas. Lukisan terakhirnya yang menang dalam lomba International Child Art Festival (ICAF) berjudul, “Tree of Peace”, menggambarkan keanekaragaman bangsa di dunia yang bernaung di bawah sebuah pohon besar. Fadhil mempercantik karyanya dengan goresan gambar burung merpati putih yang beterbangan, serta kupu-kupu berwarna-warni.

ICAF merupakan organisasi nirlaba yang berpusat di Washington, DC, bertujuan menyampaikan misi perdamaian dengan menampung bakat seni anak di seluruh dunia. Sayangnya, ICAF mengadakan festival hanya satu kali setiap empat tahun. Dalam festival ini, anak-anak diajak untuk mengungkapkan hati dan pikirannya pada kedamaian dunia lewat karyanya. Selama tiga hari kegiatan ICAF mengambil tema, Mother Earth Day, Children’s Wellness Day dan Children’s Peace Day. Pada hari pertama, peserta yang terdiri dari 75 negara dan 30 negara bagian AS, disarankan menggambar obyek-obyek yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan seni hayati. Sedangkan menggambar yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan dan seni ekspresi diri menjadi tema pada hari kedua. Tak ketinggalan pula, anak-anak diberi kesempatan untuk mengenal seni kerajinan tangan dari berbagai negara dengan berkarya secara berkelompok.

Ketika VOA menjumpainya pada hari kedua di The National Mall, Washington, DC, Fadhil sedang menggambar ayam jago dengan bulu ekor yang berwarna-warni. VOA sempat berdialog dengan Fadhil yang suka berkhayal membuat program permainan atau game di komputer. Sewaktu ditanya obyek apa yang paling ia sukai untuk digambar, Fadhil mengaku suka menggambar robot, karena menurutnya kelihatan canggih.

Selama mengikuti program ICAF, Fadhil tinggal di host family, di rumah salah satu keluarga Amerika yang menampung para peserta dari beberapa negara, Fadhil mengamati perbedaan antara kehidupan di Amerika dan Indonesia. Secara spontan Fadhil mengatakan bahwa orang Amerika (seperti nyonya rumah tempat ia menginap) bangunnya siang, sekitar jam 9 pagi. Kendatipun demikian, ia sangat senang tinggal di sana, di kawasan Virginia. Apa yang membuatnya senang? Ternyata Fadhil bisa mencicipi naik mobil Porche buatan Jerman, “Saya seneng soalnya host family saya itu punya Porche, dan saya sudah diajak naik Porche”, katanya diiringi ketawa kecil.

Hari ketiga, Fadhil diajak menginap di kediaman Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington, DC, Dr. Mappa Nasrun yang tinggal di daerah Bethesda, Maryland. Fadhil juga berkesempatan menjadi tamu kehormatan karena diterima oleh Duta Besar RI, Soemadi Brotodiningrat. Tak lupa, Fadhil yang mengunjungi Amerika bersama ibunya, Yuni Purnamawati, mampir ke kantor VOA Seksi Indonesia, yang terletak tidak jauh dari tempat lukisannya dipamerkan, di National Mall. Pada hari terakhir, mereka juga menghadiri acara santap malam di hotel Mariott yang diselenggarakan untuk mengumpulkan dana bagi ICAF sebagai organisasi nirlaba.

Berbicara tentang masa depan, Fadhil yang lahir tanggal 7 Februari di Yogyakarta ini bercita-cita menjadi astronot. “Enak, bisa jalan-jalan ke angkasa luar”, katanya. Itulah Fadhil, seniman cilik yang terus berkarya sesuai dengan bakat yang dimilikinya, di samping impian lain yang akan dicapainya, menjadi astronot. Selamat dan sukses !

Oleh Puspita Sariwati

XS
SM
MD
LG