Tautan-tautan Akses

KENNEDY CENTER: Pusat Kesenian di Washington, DC - 2003-08-26


Bukan hanya pria dengan black tie, berjas dan dasi hitam, serta para wanita dengan busana malamnya, namun juga pemandangan kontras lain, yaitu kaos oblong atau T-Shirt dan jeans mewarnai pintu masuk Grand Foyer gedung kesenian bergengsi, Kennedy Center. Kendaraan yang berlalu-lalang di depan gedung ini, dari limousine mewah sampai taksi, bis umum dan bahkan sepeda menghidupkan suasana di sekitar gedung bersejarah yang dinilai sebagai tempat “paling hidup” di kota Washington, DC. Jika di Indonesia terdapat gedung kesenian seperti Taman Ismail Marzuki ataupun Gedung Kesenian Jakarta, di ibukota AS terdapat Kennedy Center, gedung pertunjukan seni yang dibangun untuk menghormati almarhum Presiden John F. Kennedy.

Di balik gemerlapnya lampu-lampu panggung, gedung ini menyimpan sejarah, berawal dari Presiden Eisenhower, seorang yang menyadari adanya kekurangan dalam pertunjukan kesenian di daerah pusat pemerintahan AS, yaitu sarana gedung untuk menampung para seniman berkreasi. Maka, timbullah gagasan untuk membangun pusat kesenian yang menampung seni klasik maupun kontemporer.

Ketika pembangunan gedung akan dilaksanakan, pada bulan November 1963 Presiden Kennedy tewas ditembak. Dua bulan setelah itu, ketika bangsa AS masih dalam suasana duka, Presiden Lyndon B. Johnson menandatangani persetujuan yang menyatakan pusat seni ini dinamakan Kennedy Center, untuk menghormati almarhum Presiden John F. Kennedy. Gedung ini dibuka secara resmi pada tahun 1971. Ironisnya, pusat seni ini berada di daerah yang disebut Foggy Bottom, yang pada waktu itu merupakan sebuah sebutan untuk kawasan berlumpur di sepanjang Sungai Potomac.

Akhirnya pada tahun yang sama, gedung kesenian ini siap menerima pengunjung, dengan 6 teater yang masing-masing bisa menampung 224 sampai 2.750 tempat duduk. Gedung opera dan balai konser musik, dilengkapi 2.000 lampu dan beberapa lampu kristal megah hadiah dari Austria. Ternyata, segala perlengkapan untuk pembangunan gedung ini banyak berasal dari sumbangan negara lain. Pihak pemerintah Italia misalnya, memberikan sumbangan berupa 3.700 ton batu pualam untuk dinding gedung ini. "Marmer adalah benda yang tahan lama, namun yang lebih bertahan lama lagi adalah nilai persahabatan”, kata Duta Besar Italia ketika menyerahkan sumbangan batu pualam itu. Sedangkan pemerintah Belgia memberikan sumbangan gordin draperi untuk Opera House, dan 8 cermin Belgia yang terkenal, masing-masing berukuran lebar 2,5 meter dan tinggi 17,5 meter. Sumbangan lain datang dari Inggris, berupa pohon weeping willow dan ivy yang menghiasi River Terrace, beranda yang menghadap ke Sungai Potomac.

Sayangnya, pada peresmian pembukaan gedung itu, Jacqueline Kennedy tidak sempat hadir, hanya Rose Kennedy, ibu almarhum Presiden Kennedy beserta sanak-keluarganya menyaksikan gemerlapnya Kennedy Center. Namun demikian, dengan tidak mengurangi rasa hormat atas penghargaan yang diberikan kepada almarhum suaminya, Jacqueline Kennedy sempat menulis “A Dream Realized” yang dimuat dalam Ladies' Home Journal, edisi September 1971.

Bangunan Kennedy Center terdiri dari Grand Foyer, tempat patung John Kennedy diletakkan di tengah ruangan megah berkarpet merah seluas hampir 16.000 m2. Ruang yang memiliki luas dua setengah kali lapangan bola ini, digunakan untuk resepsi dan penyajian musik sebelum acara pertunjukan utama dimulai, atau sering disebut, a performance before the performance. Gedung lain yang dapat menampung 2.750 tempat duduk adalah Concert Hall, dirancang oleh Dr. Cyril Harris, seorang profesor arsitek akustik dari Columbia University. Di dalam gedung ini, penonton dikagumkan oleh sistem akustik dengan perendam suara yang mengesankan, mengingat bandara National yang terletak di dekatnya selalu sibuk dengan pesawat yang lalu-lalang di atasnya. Namun demikian, suara bising pesawat hampir tidak terdengar di dalam Concert Hall ini.

Setiap tahun, biasanya pada musim panas, Kennedy Center mengadakan open house, yaitu memberikan pembebasan biaya masuk bagi penonton untuk menonton berbagai pertunjukan. Kennedy Center juga dilengkapi dengan ruang istirahat, disebut South Lounge dengan lampu kristal besar hadiah dari Irlandia. Ruang ini sering digunakan untuk minum teh pada saat intermission, atau jika ada acara jumpa artis dengan bintang terkenal seperti Elizabeth Taylor. Teater AFI atau American Film Institute juga terdapat di sini. Setiap tahun diputar lebih dari 700 film, di antaranya dari perusahaan film Warner Bros.

Presiden Eisenhower yang menandatangani pembangunan gedung ini pada tahun 1958 memiliki andil besar. Maka, seorang pemahat terkenal, Felix de Weldon yang kagum akan senyum sang Presiden, mengabadikannya dalam sebuah patung yang diletakkan di dekat pintu masuk Eisenhower Theater. Sedangkan gedung Opera House sarat dengan warna merah, karena merah adalah warna drama. Gedung opera ini dilengkapi 1.735 bola lampu untuk mendukung keindahan penataan cahaya. Bagi mereka yang berkesempatan menikmati pementasan drama di sini, salah satu pemandangan indah adalah saat meredupnya lampu kristal menjelang pertunjukan dimulai, sebelum layar dibuka. Di tempat ini pula, sandiwara “Phantom of the Opera” dipentaskan beberapa waktu lalu. Seusai melihat pertunjukan, para penonton bisa menikmati suasana di serambi yang menghadap ke Sungai Potomac, merasakan semilirnya angin yang menerpa pohon weeping willow, sambil melihat perahu yang hilir-mudik di sungai itu dan menyaksikan terbenamnya matahari.

Kini, daerah Foggy Bottom merupakan tempat yang ramai, tidak lagi berlumpur seperti pada waktu Kennedy center dibangun. Kereta api bawah tanah atau subway mempunyai stasiun di sini, untuk menunjang kesibukan para mahasiswa Universitas George Washington yang sekaligus memiliki sarana rumah sakit dengan nama yang sama. Jika Anda ingin mengunjungi Kennedy Center, setiap hari disediakan tur gratis beserta pemandu wisata. Setiap tahun, tercatat puluhan juta wisatawan mengunjungi gedung pertunjukan ini.

Oleh Puspita Sariwati

XS
SM
MD
LG