Tautan-tautan Akses

WAJAH DI BALIK SUARA: ARIONO ARIFIN - 2002-11-19


Lorong panjang di lantai dua gedung Voice of America itu memang tidak pernah lengang. Sejumlah turis sedang mengikuti tur keliling VOA, dituntun oleh seorang pemandu wanita. Rombongan berisi tujuh orang itu berhenti di dinding yang dipenuhi gambar para penyiar VOA.

“And this is a staff member from Indonesia,” katanya memperkenalkan foto seorang lelaki berdasi yang sedang tersenyum. Itulah Ariono Arifin, mantan penyiar kondang Radio Prambors di Jakarta yang mulai bergabung dengan VOA sejak tahun 2000.

Sebenarnya agak unik mendeskripsikan pekerjaannya, yang merangkap kerja di bidang radio dan televisi. Sebagai penyiar radio ia mengasuh beberapa acara mingguan dalam Dunia Hiburan dan Aneka Info, sementara di televisi ia merupakan pembawa acara utama dan produser eksekutif “Dunia Kita,” sebuah acara kerjasama VOA dengan Metro TV, yang menampilkan liputan menarik dari berbagai penjuru dunia.

Yang pasti, pekerjaan pemegang gelas Master of Arts dalam bidang Electronic Media and Broadcast Productions dari Morehead State University, Kentucky, adalah kombinasi bakat dan kecintaannya pada dunia siaran.

“Tadinya cuma sampingan,” tuturnya tentang awal ketertarikannya bekerja sebagai penyiar, “cuma lama-kelamaan berkembang jadi hobi. Gue tuch cerewet, senang ngomong, senang makan dan senang mobil, akhirnya [di Prambors] sering disuruh meliput show dan mewawancarai artis luar seperti Jennifer Love Hewitt, Def Leppard, Foo Fighters, Beastie Boys dan masih banyak lagi.”

Setelah lebih dari delapan tahun bekerja di Jakarta, Ary lalu berangkat ke Amerika, tempat tinggal semasa kecilnya saat sang ayah, Kolonel TNI-AU(pur) Zainal Arifin, ditempatkan di Washington sebagai perwira FMS di kedutaan. Dua tahun memperdalam ilmu broadcast di Kentucky, Ary lalu mengikuti magang di VOA, dan akhirnya direkrut sebagai penyiar pada tahun 2000.

Tapi apakah ada perbedaan gaya siarannya di Prambors dengan gayanya di VOA?

“Gaya siaran gue gak terlalu beda, karena gue usahain sedinamis dan se-cheerful mungkin. Hanya saja penggunaan kata seperti ‘gue’ diganti dengan ‘saya,’ atau ‘kamu’ diganti dengan ‘anda,’” urainya.

Pada tahun yang sama pula, ia menikah dengan Lestari Handayani Hupudio, putri Hupudio Supardi, seorang diplomat senior yang kini sedang ditempatkan sebagai Konsul Jenderal RI di Osaka, Jepang. Tari, begitu istrinya biasa dipanggil, adalah lulusan University of Maryland dalam bidang graphic design.

* Tentang Hobi

Ketika ditanya tentang hobi dan kesukaannya, Ari dengan cepat menjawab, “food and cars.” Ia penggemar mobil, khususnya jenis jip, sampai-sampai di meja kerjanya terpampang banyak gambar mobil. Bahkan ia sering membagi tips mengenai perawatan mobil dalam Aneka Info setiap Senin pagi.

Hobinya yang satu lagi, juga dibawanya ke kantor. Setiap hari Selasa dalam Siaran Malam (jam 18:30 – 19:30 WIB), Ary membawakan acara memasak bernama “Gado-Gado Amerika.” Di kantor, baik dulu di Prambors maupun sekarang di VOA, dia terkenal “murah hati,” karena sering membagikan hasil masakannya.

Salah satu spesialisasinya adalah siomai khas Bandung (maklum, keluarganya banyak yang di Bandung), dengan saus kacang yang begitu gurih. Dan memang banyak yang setuju kalau masakan Ary enak. Dalam perayaan 17 Agustus yang lalu, bersama istrinya, Ary sempat membuka stand makanan di kediaman Duta Besar RI, Sumadi Brotodiningrat. Dagangannya laku keras.

Meskipun demikian, ia mengaku masih sering menghadapi stereotip negatif tentang hobi memasaknya. “Pernah ada yang kirim E-mail bilang kalau masak itu hanya buat cewek…hehehe…dasar kuper, coba lihat di hotel-hotel dan restaurant, tentu banyak laki-laki yang menjadi tukang masaknya.” kilah Ary.

Hobinya memasak memang ditanggapi lelaki kelahiran Jakarta, bulan Januari 1973 ini dengan serius. Dia memegang gelar diploma Manajemen Perhotelan dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti di Jakarta dan memang sengaja mendalami Culinary Arts. Awal ketertarikannya ternyata berpulang lama. “Gue mulai tertarik memasak dari kecil, sejak usia 7 tahun, karena sering melihat nyokap (Red: Ibu) memasak kalau ada event di kedutaan,” ceritanya.

Itulah sekilas Ariono “Ary” Arifin, yang selalu ceria menyapa pendengar dan rekan-rekannya di kantor. Di mata Ningrum Widyastuty, Ary adalah sosok yang selalu dapat menghibur. “Dia lucu, tukang ngelawak, pokoknya ngeramein suasana,” katanya sebelum menambahkan, “he’s a nice guy.”

Alexa Hergesell ikut setuju. “He’s very outgoing and lively, and can eat massive amounts of food, also he has good taste in music, we usually agree on the artist of the week,” ujarnya.

Tentang masakan Ary, keduanya mengaku suka dengan hidangan “green curry” asal Thailand yang pernah dibawanya ke kantor. “Enak,” kata mereka. Satu lagi tentang Ary, tambah Ningrum, “Ary kalo masak sukar ditebak, tiba-tiba membuat kreasi yang berasal entah dari negeri mana, gitu. ” tutupnya sambil tertawa.

XS
SM
MD
LG