Tautan-tautan Akses

Ekonomi Asia Dibayangi Kecemasan Inflasi, Saham AS Melonjak


Para pakar Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi yang lamban bagi negara-negara Asia, sementara kesulitan ekonomi merugikan pasar ekspor utama mereka di Amerika. Bank Dunia mengatakan kenaikan harga pangan dan bahan bakar juga meningkatkan ancaman inflasi.

Sebuah laporan baru menyebutkan ekonomi negara-negara Asia yang mulai maju akan menurun setingkat pertumbuhan 7,3 persen tahun ini, dan akan menguat tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi China tidak akan 5 sepesat dulu lagi, tetapi ekonominya yang kuat masih akan mengalami ekspansi sebesar 9 koma 4 persen.

Bank Dunia mengatakan krisis ekonomi saat ini tidak menghantam Asia Timur separah krisis sebelumnya karena sebagian ekspor wilayah ini ditujukan ke pasar non-Amerika, dan reformasi finansial telah membuat ekonomi Asia lebih ampuh.

Pertumbuhan Indonesia sekitar 0.3 persen menjadi 6 persen pada tahun 2008, dengan pertumbuhan yang lebih cepat tahun depan. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan akan berada pada tingkat 0.3 persen menjadi 4,6 persen.

Dalam perkembangan lainnya di Amerika, harga saham AS melonjak lebih tiga persen dalam perdagangan hari Selasa, sementara sebagaian investor menyatakan keyakinan bahwa yang terburuk dari krisis kredit itu sudah berlalu. Saham Lehman Brothers Holding dan bank Swiss UBS naik setelah keduanya menambah modal 19-milyar dolar secara bersama dengan mengeluarkan saham baru.

Upaya sukses oleh kedua bank tadi meredakan kekhawatiran bahwa mereka diduga mungkin memerlukan bantuan pemerintah seperti yang diberikan kepada bank investasi Bear Stearns baru-baru ini.

Para investor juga optimistis oleh berita-berita dari sektor manufaktur. Indeks Institute Supply Management bulan Maret naik sedikit, yang mengalahkan perkiraan sebagian ekonoom. Data baru juga menunjukkan pengeluaran konstruksi di Amerika turun tidak sebesar dari yang diprediksi para pakar ekonomi.

XS
SM
MD
LG