Tautan-tautan Akses

Pertumbuhan Ekonomi China, India Akan Sebabkan Inflasi Pangan


Pasar jajanan di jalanan kota Hong Kong sibuk dengan pelanggan yang mencari produk segar dan daging. Sayuran dan buah-buahan menumpuk di meja, sementara daging babi dan ternak menggantung di depan toko-toko. Wong Loi telah menjual daging babi dan ternak lebih dari 20 tahun lalu.

Menurut Wong, sejak awal tahun ini, sebagai penjual ia merasa semakin sulit untuk mencari untung. Ini karena kenaikan harga daging babi yang diimpor dari China.

Persediaan daging babi menurun sejak munculnya penyakit telinga biru mematikan akibat virus yang menyerang babi. Namun meningkatnya harga daging babi, yang merupakan salah satu bahan pokok makanan bagi warga China, juga disebabkan meningkatnya permintaan daging babi dari kalangan kelas menengah China.

Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara berkembang, seperti China dan India, telah mendorong perubahan besar dalam pasaran pangan dunia. Kedua negara berpenduduk lebih dari satu milyar orang, dan di kedua negara tersebut, ratusan juta orang telah keluar dari garis kemiskinan dalam beberapa dekade belakangan ini. Ini berarti mereka kini telah mampu mengkonsumsi lebih banyak makanan, dan juga lebih banyak makanan impor.

Mark Thirlwell dari Program Ekonomi Internasional di Lowy Institute untuk Kebijakan Internasional di Sydney. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di China dan India telah merubah pola permintaan pangan, karena banyak orang kini telah mampu membeli lebih dari sekedar nasi dan sayur-sayuran hasil pertanian lokal.

“Di China, kita melihat peningkatan permintaan daging dan produk dari susu, yang telah memiliki implikasi langsung pada pasar,” menurut Thirlwell. “Perubahan permintaan ini juga mempengaruhi permintaan biji-bijian, yang menjadi makanan hewan penghasil daging dan susu.”

Angka keluaran Badan Biji-Bijian Dunia (International Grains Council) tahun ini menunjukkan, stok biji-bijian dunia diperkirakan akan mencapai titik terendahnya 30 tahun dari sekarang. Harga ekspor gandum dunia telah mencapai rekor harga tertinggi, dengan naik 25 persen di bulan September.

Hasilnya adalah kenaikan harga berbagai produk pangan di dunia. Pada bulan Agustus, tingkat inflasi China mencapai titik tertinggi dalam satu dekade belakangan, dengan harga pangan naik 18 persen dari tahun sebelumnya. Pejabat di India juga khawatir dengan harga pangan yang semakin mahal, walaupun tingkat inflasi di India terhitung cukup stabil.

Di AS, inflasi harga pangan mencapai lebih dari 4 persen tahun ini, atau dua kali lipat dari tingkat inflasi keseluruhan. Harga susu di AS naik 18 persen disbanding awal tahun, sementara harga telur naik 35 persen lebih tinggi dari harga tahun lalu.

Menurut Thirwell, banyak factor menyebabkan kenaikan harga tersebut.

“Kita mengalami cuaca yang tak bersahabat, termasuk di Australia dengan kekeringan, juga di Kanada, dan Eropa,” tambahnya. “Dan ini berarti bahwa pada saat yang sama, ada kenaikan permintaan di pasar kunci seperti gandum, sementara persediaan berkurang.”

Perubahan pola iklim, yang mempengaruhi hasil panen, dan pertumbuhan populasi juga mendorong kenaikan harga pangan. Selain itu, kenaikan harga minyak bumi membuat ongkos produksi dan transportasi pangan meningkat.

Beberapa pakar juga menyebut fokus pada eksplorasi bahan bakar alternatif organik seperti ethanol, juga telah menambah tekanan pada peningkatan produksi bahan pangan. Penny Ferguson dari Program Pangan Dunia PBB di Nairobi mengatakan, banyak pemerintah negara-negara kita harus memutuskan berapa banyak lahan akan digunakan untuk menanam bahan pangan seperti gula dan jagung yang memproduksi bahan bakar organik.

“Bila lahan yang biasanya digunakan untuk produksi pangan digunakan untuk produksi bahan bakar, ini akan mempengaruhi persediaan bahan pangan bagi masyarakat miskin dunia, yang bergantung pada biji-bijian dan komoditi lain,” ujar Ferguson.

Badan Pangan Dunia membantu menyediakan makanan bagi 90 juta dari 800 juta orang kekurangan gizi di dunia. Dan bila persediaan biji-bijian dunia terus menurun, makan mereka lah yang akan terlebih dahulu terkena dampaknya.

“Bila jumlah uang yang sama tidak menyediakan cukup makanan bagi orang-orang ini, kita akan melihat peningkatan jumlah orang yang kita tidak dapat bantu,” ujarnya.

Pemerintah negara-negara berkembang kini menghadapi banyak tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Banyak cara untuk meningkatkan produksi pangan. Menurut Thirwell, India adalah contoh negara yang dapat meningkatkan persediaan dengan memperbaiki berbagai infrastruktur, mulai dari jalan raya hingga gudang penyimpanan makanan.

“Banyak statistik menunjukkan bahwa kurangnya gudang penyimpanan makanan dan ketidakmampuan untuk mendistribusikan bahan pangan, mengakibatkan 30 persen bahan pangan terbuang percuma,” katanya.

Para pakar mengatakan mustahil untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanpa irigasi yang lebih baik, penempatan tanaman pangan yang lebih baik, dan juga penggunaan pupuk yang lebih baik.

Mereka juga mengatakan pemerintah dunia harus memastikan para petani memiliki akses untuk mendapatkan kredit, membeli bibit, peralatan, ternak, dan mengerti teknik bertani yang baik.

Beberapa pakar ekonomi juga mengatakan kekurangan pangan mungkin merupakan masalah jangka pendek, karena tahun depan, petani akan meningkatkan produksi untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga pangan.

Bagi Thirlwell dan pakar lainnya, peningkatan harga hasil pertaniah merupakan sinyal bagi banyak negara untuk meningkatkan produktivitas dan memperbaiki infrastruktur mulai dari irigasi hingga sistem pendinginan. Menurut mereka, bila pemerintah dan petani beradaptasi dengan kenaikan harga dan permintaan, persediaan akan meningkat, dan pada akhirnya, harga akan stabil.

XS
SM
MD
LG