Utusan senior PBB berada di Birma untuk mendesak pemerintah militer agar mengakhiri tindak kekerasannya perhadap para demonstran pro demokrasi. Utusan tersebut, Ibrahim Gambari tiba hari Sabtu di Rangoon , kemudian menuju Ibukota pemerintahan, Naypyidaw, untuk bertemu dengan para pemimpin militer. Ia berusaha menjadi penengah pembicaraan antara para pengunjuk rasa dan para jenderal yang menjalan pemerintahan negara itu.
Jurubicara Gedung Putih Washington, Gordon Johndroe mengeluarkan pernyataan yang mendesak pemerintah militer Birma agar memberi akses penuh kepada Gambari untuk bertemu dengan siapa saja yang ingin dia temui, termasuk pemimpin demokrasi yang ditahan, Aung San Suu Kyi.
Menteri Luar Negeri Singapura, George Yeo, berbicara di Perserikatan Bangsa Bangsa , New York, mengatakan, dia dan para diplomat lain prihatin bahwa kunjungan Gambari tidak akan banyak mencapai hasil.
Tentara dan polisi tetap menjaga ketat Ibukota Birma, Rangoon, dan membubarkan unjuk rasa kecil di sana-seni. Dalam satu insiden, para saksi mata mengatakan, pasukan keamanan menyerang para demonstran, memukuli banyak diantara mereka, dan menahan lima orang.
Sementara itu, para pejabat Jepang mengatakan Tokyo telah mengajukan protes resmi kepada Birma atas tewasnya seorang wartawan Jepang dalam demonstrasi pro demokrasi hari Kamis di Rangoon. Para pejabat mengatakan Menteri Luar Negeri Jepang Masahiko Komura menyampaikan protes tersebut ketika dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Birma, Nyan Win, Jumat kemarin di markas-besar PBB di New York.
Para pejabat Jepang mengatakan Nyan Win mengatakan dia menyesalkan tewasnya wartawan itu, dan menambahkan bahwa pemerintah Birma akan berupaya menahan diri. Pihak berwenang Birma mulanya mengatakan wartawan Jepang itu terkena peluru nyasar.
Tetapi, gambar-gambar yang ditayangkan jaringan televisi Fuji memperlihatkan seorang tentara mengarahkan senapannya ke arah wartawan itu lalu menembaknya dari jarak dekat.