Ribuan Muslim konservatif Indonesia berpawai di Jakarta mendukung proposal UU anti-pornografi. 10 ribu orang ambil bagian dalam pawai hari Ahad ini, yang diorganisir oleh berbagai kelompok Muslim, termasuk Front Pembela Islam yang berhaluan keras. Para pengunjuk rasa itu berhimpun di luar gedung DPR Indonesia, dengan melambai-lambaikan spanduk-spanduk yang menghujat pornografi dan industri seks. Para demonstran itu ingin agar DPR Indonesia mengesahkan sebuah undang-undang yang akan melarang berciuman di depan umum serta melarang tari-tarian, lukisan dan tulisan erotis.
Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi banyak Muslim Indonesia mengikuti penafsiran yang sekuler. Cukup banyak kelompok yang menentang RUU anti-pornografi itu, termasuk para penganut agama minoritas Indonesia, kelompok Muslim liberal dan para artis. Para pengecam RUU itu memberi alasan bahwa itu akan mengungkung kebebasan mereka. Mereka juga mengemukakan lebih baik polisi Indonesia memberlakukan terlebih dahulu UU anti-pornografi yang telah disahkan.
Sementara, dalam demonstrasi lainnya, para demonstran di Jakarta telah menuntut agar Presiden Suharto dihukum karena dicurigai telah melakukan korupsi, pada ulangtahun ke-8 kejatuhannya dari kekuasaan. Paling sedikit 50 demonstran berhimpun di luar istana presiden hari ini, menyerukan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyelenggarakan peradilan terhadap Suharto. Mantan pemimpin berumur 84 tahun itu sakit parah di sebuah rumahsakit Jakarta, menyusul operasi yang dilakukan 2 pekan lalu untuk menghentikan perdarahan usus yang dideritanya. Tetapi tim dokter mengatakan hari ini kondisinya membaik.
Suharto jatuh dari kekuasaan 8 tahun lalu setelah terjadi gelombang perotes masa pro-demokrasi. Demonstrasi anti-Suharto dewasa ini lebih kecil daripada puluhan ribu mahasiswa yang menyerbu parlemen pada tahun 1998 untuk merayakan peletakan jabatannya. Jaksa Agung Indonesia mencabut kasus tuduhan korupsi Suharto awal bulan ini karena kesehatannya yang buruk, yang menimbulkan amarah para aktivis Indonesia.