Tautan-tautan Akses

Menggiring Pemilih Ke TPS


Sementara pekan lalu pemilih di beberapa negara bagian Amerika ikut dalam pemilihan lokal, para pakar sekali lagi membahas mengapa begitu kecil jumlah pemilih Amerika yang memberikan suara dalam pemilihan. Beberapa kelompok berusaha mencari cara-cara baru untuk meningkatkan jumlah pemilih yang memberikan suara.

Biro Sensus Amerika mengatakan, 64 persen warganegara yang berumur 18 tahun ke atas memberikan suara dalam pemilu tahun 2004, naik dari 60 persen empat tahun sebelumnya. Namun sebelum itu, jumlah pemilih yang memberikan suara terus turun sejak tahun 1960an, sehingga menimbulkan berbagai usul yang bertujuan mendorong lebih banyak warga Amerika memberikan suara.

Usaha terbaru untuk meningkatkan jumlah pemilih yang memberikan suara datang dari sebuah kelompok non partai yang disebut “Why Tuesday?” mereka mengusulkan agar hari pemilihan tingkat federal diganti, dari hari Selasa pertama setelah hari Senin pertama bulan November menjadi hari Sabtu dan Minggu pertama bulan November.

Di antara tokoh yang memimpin usaha ini adalah mantan Duta Besar untuk PBB, Andrew Young. Young mengatakan, Amerika memiliki persentase pemilih paling rendah yang memberikan suara, di antara ke-36 negara maju di dunia. Ia yakin, penyebabnya adalah karena pemilihan di Amerika selalu dilangsungkan pada hari Selasa. Andrew Young berpendapat, itu sangat merepotkan bagi orang yang bekerja.

Tradisi Amerika melangsungkan pemilihan hari Selasa dimulai sejak tahun 1845. waktu itu, sejumlah besar populasi Amerika tersebar di wilayah pedesaan, yang bergantung pada pertanian. Banyak petani yang perlu melakukan perjalanan sehari penuh untuk datang ke TPS. Mereka tidak mau melakukan perjalanan hari Minggu, karena Minggu adalah hari ibadah nasional. Karena itu, mereka harus berangkat hari Senin. Untuk itulah, pemilu dilangsungkan hari Selasa.

Para pakar politik alasan utama rendahnya pemilih yang memberikan suara akhir-akhir ini adalah apatisme di kalangan banyak pemilih yang berpendapat bahwa suara mereka tidak memiliki dampak praktis pada proses politik.

Tetapi para pendukung penggantian hari pemilihan mengatakan, faktor yang lebih penting adalah kemudahan, dan sekarang sudah saatnya prosedur pemilihan menyesuaikan diri dengan masyarakat industri maju.

Beberapa negara bagian dalam beberapa tahun ini telah mencoba berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi pemilih, dari memberikan kesempatan untuk memberikan suara lewat surat sampai memperpanjang jam pemilihan. Ada yang mempertimbangkan cara paksaan, seperti menolak mengeluarkan Surat Izin Mengemudi untuk warganegara yang tidak memberikan suara. Ada juga yang ingin membuat peraturan yang menyatakan bahwa tidak memberikan suara merupakan pelanggaran, seperti tidak berhenti di lampu merah. Namun tetap ada yang meramalkan bahwa memindahkan hari pemilihan ke akhir pekan akan membuat lebih banyak kaum muda dan warga minoritas memberikan suara.

Celinda Lakes bekerja untuk “Why Tuesday?” ia mengatakan, pemilihan harus direformasi untuk membuatnya tidak terlalu merepotkan bagi kaum muda dan kelompok-kelompok pemilih yang tidak terkait dengan Partai Demokrat ataupun Republik untuk memberikan suara.

Banyak orang ingin agar pemilihan diperpanjang menjadi dua hari, Sabtu dan Minggu. Yang lain ingin mendapat izin meninggalkan pekerjaan untuk mencoblos. Ada juga yang berpendapat bahwa hari pemilihan seyogyanya dijadikan hari libur nasional. Perubahan apapun, harus melalui persetujuan Kongres. Kongres punya waktu tiga tahun untuk melakukan perubahan, sebelum pemilihan presiden berikutnya, tahun 2008.

XS
SM
MD
LG