Tautan-tautan Akses

Dampak Sonar Pada Ikan Paus


Tiap tahun, ratusan hewan laut, kebanyakan dari mereka ikan paus dan lumba-lumba, terdampar atau mendamparkan diri ke pantai dan mati. Kata sebagian pakar lingkungan, itu disebabkan oleh penggunaan gelombang sonar oleh angkatan laut Amerika. Sonar adalah gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dipancarkan di dalam laut untuk mencari kapal selam atau benda-benda lain yang tidak kelihatan.

Gelombang sonar itu, kata para pakar, mengakibatkan
kerusakan pada otak dan sistem pendengaran ikan paus
dan ikan lumba-lumba dan memaksa mereka untuk keluar
dari dalam air. Tapi angkatan laut Amerika membantah sebagian besar tuduhan yang diarahkan padanya. Pada bulan Januari yang lalu, 37 ikan paus dari tiga jenis yang berbeda mendamparkan diri ke pantai di north Carolina, termasuk enam ekor yang sedang hamil. Beberapa minggu kemudian, enam-puluh ekor lumba-lumba juga mendamparkan diri di pantai Florida.

Angkatan laut Amerika mengakui bahwa dalam kedua peristiwa itu, mereka sedang mengadakan latihan dengan menggunakan sonar di laut yang dalam tidak jauh dari kedua tempat kejadian. Michael Jasny adalah seorang konsultan senior pada natural resources defense council, lembaga lingkungan yang berusaha untuk melindungi hewan-hewan menyusui yang hidup di laut.

Jasny mengatakan: “Saya kira kita tidak memahami sepenuhnya dampak gelombang-gelombang sonar itu pada ikan paus. Kami tahu bahwa gelombang sonar seperti itu bisa mengubah kebiasaan makan, dan bahkan mengganggu suara-suara yang dikeluarkan oleh ikan paus untuk saling berhubungan antara mereka. Suara sonar itu juga telah mengakibatkan beberapa jenis ikan paus dan lumba-lumba mendamparkan diri ke pantai. Kami juga tahu bahwa gelombang sonar yang kuat bisa mengakibatkan kerusakan pada alat pendengaran dan otak jenis-jenis ikan paus tertentu.”

Kata para pakar lainnya, pada beberapa peristiwa tampak adanya hubungan yang jelas antara penggunaan gelombang sonar dan ikan-ikan paus yang terdampar atau mendamparkan diri ke pantai. Teri Rowles adalah koordinator tentang kesehatan makhluk laut pada lembaga national oceanic and atmospheric administration. Katanya dia bisa membuktikan adanya hubungan langsung antara terdamparnya ikan paus dalam jumlah besar di pantai kepulauan Bahama tahun 2000 lalu. Terri Rowles mengemukakan: “ketika kami melakukan otopsi, kami menemukan adanya pendarahan pada otak dan sekitar telinga. Juga ada pendarahan dalam paru-paru dan ginjal, dan semua itu tidak disebabkan karena adanya benturan fisik dari luar.”

Angkatan laut Amerika mengakui bertanggung-jawab dalam peristiwa itu, tapi menambahkan bahwa masih banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang dampak sonar pada ikan paus dan lumba-lumba. Kapal-kapal besar, dan anjungan minyak dan gas alam laut lepas pantai juga merupakan sumber polusi suara di laut, tapi para pakar cenderung untuk melihat adanya hubungan antara penggunaan sonar oleh angkatan laut dengan matinya hewan-hewan laut yang besar itu.

Laksamana Steven Tomaszeski adalah pakar kelautan pada Angkatan Laut Amerika. Ia mengatakan, dia mendukung gagasan untuk melindungi ikan-ikan paus, namun dia menambahkan bahwa penggunaan sonar pada kapal-kapal angkatan laut penting bagi pertahanan Amerika. Kata Laksamana Tomazeski: “Kami tidak akan merugikan kepentingan nasional, hanya karena ada orang yang mengatakan bahwa kami telah membahayakan kehidupan ikan paus.”

Kendati kasus-kasus terdamparnya ikan paus telah terjadi sejak tahun 1,800, ketika belum ada sonar, para pakar ilmiah dan kelompok lingkungan di seluruh dunia sangat prihatin atas penggunaan sonar ini. Parlemen Eropa telah mendesak negara anggotanya untuk menghentikan penggunaan sonar berkekuatan tinggi, sampai bisa diketahui dengan pasti apa dampaknya atas kehidupan di laut. ***

XS
SM
MD
LG